
Sebuah video durasi satu menit, Senin pagi (3/2/2020) beredar lewat akun Instagram @jas_hijau9.
Dalam tayangan tersebut terlihat KH Salahudin Wahid mengenakan sarung, berbaju putih. Keluar dari rumah berjalan menuju Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Persis di depan rumah, beliau melihat ada sampah. Dipungutnya sampah itu. Lalu dibuang ke tempat sampah yang berada sekitar 5 meter.
“Leadership yang diterapkan dengan uswah oleh Gus Sholah. Seringkali memungut sampah dan dibuang pada tempatnya”. Pesan itu disampaikan tentu disertai maksud yang dalam.
Gus Sholah –sapaan akrab KH Salahuddin Wahid (77th) meninggal dunia Minggu malam (2/2/2020) pukul 22.55 WIB. Sebelum meninggal almarhum dirawat setelah menjalani operasi di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Gus Sholah dikenal orang sebagai pembela kemajemukan Indonesia. Beliau pernah menjadi Wakil Ketua Komnas HAM. Sebelum mengasuh Pondok Pesantren Tebuirng, Gus Sholah menjadi salah satu calon wakil presiden RI berpasangan dengan Wiranto pada Pemilu 2004.
Irfan Wahid, putra Gus Sholah menuturkan, selama hidupnya ayahnya selalu berpikir tentang keumatan. Terutama masa depan NU, organisasi yang didirikan kakeknya, KH. Hasyim Asy’ari.
Aktivitas seolah tiada henti, terutama dalam hal menulis. Pada tanggal 27 Januari 2020 lalu tulisan Gus Sholah ditayangkan Harian Kompas. Judulnya: “Refleksi 94 Tahun NU”.
Beliau membuka opininya, “Pada Januari 2020 NU berusia 94 tahun. Dengan kalender Hijriah usianya 97 tahun. Berarti tiga atau enam tahun lagi NU akan berusia 100 tahun.
Tidak banyak organisasi yang mencapai usia 100 tahun, apalagi berprestasi tinggi. Di Indonesia organisasi besar yang sudah berusia 100 tahun dan punya prestasi tinggi adalah Muhammadiyah.
Organisasi NU didirikan para ulama dan disebarkan oleh santri di ribuan pesantren. NU adalah pesantren besar dan pesantren adalah NU kecil.
Pesantren didikan warga NU, bukan organisasi NU. Jadi mereka, tulis Gus Sholah, independen terhadap organisasi NU.
Jumlah pesantren di seluruh Indonesia saat ini mencapai 28.000. Berkembang pesat dari 10.000 pesantren pada 1999. Sebagian besar adalah pesantren kecil. Di Jawa sekitar 80 persen. Lebih dari 90 persen adalah pesantren warga NU.
Menurut lembaga survei, jumlah orang yang mengaku NU dan cenderung ke NU mencapai 40 persen jumlah umat Islam, sekitar 90-95 juta. Kebanyakan dari mereka adalah petanui dan masyarakat menengah bawah.
NU berkepentingan dengan kekuasaan, bukan hanya kebenaran. Pengalaman sejarah membuktikan bahwa karena organisasi NU memberi perhatian utama pada masalah politik, maka kegiatan organisasi dalam amal usaha seperti kegiatan pendidikan, social, kesehatan, dan ekonomi menjadi terabaikan.
Pesan Gus Sholah, NU sebaiknya tidak terlibat dalam politik praktis dan tetap berada di wilayah masyarakat madani. Sikap istikamah dan konsisten bergiat membuat NU bermartabat. Efektif menjadi jangkat bangsa Indonesia.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faishal, di Jakarta mengatakan, NU dan Indonesia kembali berduka. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah ibarat obor. Tak hentinya menyalakan semangat perdamaian dan kerukunan antarwarga bangsa.
“Beliau adalah salah satu tokoh persatuan. Ketika obor padam sulit sekali mencari penggantinya. Beliau selama hidupnya banyak memberikan teladan tentang persatuan, kerukunan tanpa membeda-bedakan, termasuk dengan umat beragama lain” kata Helmy.
Sebagai adik kandung Presiden ke-4 RI KH Abdurachman Wahid, Gus Sholah dikenal kritis. Bahkan, kepada sang kakak, beliau juga kritis. Banyak orang tahu jika Gus Sholah sering mengkritik kebijakan Gus Dur sebagai presiden.
Saya sangat mengapresiasi Gus Sholah. Tulisan ini jelas diperuntukkan menjelang tahun ke 100-nya NU. Toh, Gus Sholah menyinggung Muhammadiyah, yang disebutnya sebagai organisasi dengan prestasi tinggi.
Boleh dibilang Gus Sholah merupakan paket yang lengkap. Guru, aktivis, ulama cendekia, sekaligus tokoh hak azasi manusia.
Melihat video yang beredar. Lalu membaca tulisan beliau, tanpa sadar airmata saya mengembang di pelupuk mata.
Kami semua saksi. Gus Sholah orang baik. Semoga bertemu dengan para kekasih Allah. Selamat jalan, guru…! [ABH]