19 April 2025

Get In Touch

Mengupas ‘Literasi Media, Sketsa Khalayak di Hadapan Media': Ada Pelakor hingga Larisnya Sensasi

Mengupas ‘Literasi Media, Sketsa Khalayak di Hadapan Media': Ada Pelakor hingga Larisnya Sensasi

MALANG (Lenteratoday) - Disrupsi era membuat banjir informasi tak lagi dapat dibendung. Beberapa hal mempengaruhi bagaimana masyarakat berfikir. Media pun menjadi salah satu corong, bagaimana informasi bisa menambah wawasan atau bahkan memperkeruh keadaan.

Putri Aisyiyah R.D. dalam buku kumpulan esainya mencoba menyajikan sudut pandang yang berbeda. Salah satu yang menggelitik Aisyiyah adalah seberapa sering media menghantarkan pembaca pada tanda tanya? Seberapa jauh media menyumbang pola pikir terhadap suatu masalah?

Pada bab Kejahatan Siber, Putri Aisyiyah seperti membredel ulang bagaimana media memberitakan hal-hal viral dan sensasional. Pada tulisannya berjudul Pelakor dan Masyarakat Misoginis misalnya, ia dengan jernih memperhatikan bagaimana media justru menjadi salah satu mesin produksi misoginis terhadap perempuan.

Dalam tulisan itu, ia jelas menghindari romantisme kasus perselingkuhan. Sebaliknya, ia mengupas secara runtut, tentang media yang enggan menggunakan formula yang lebih baik untuk memberitakan hal yang viral.

Terlepas dari itu semua, menurut pandangannya media mengaburkan peran laki-laki dalam perseteruan tersebut, dan  menghadapkan perempuan secara head to head.

“...Perempuan, dalam video-video tersebut, menjadi terdakwa, pembawa penyakit sosial, sehingga patut dihina, dilecehkan, dan dipermalukan di depan umum. Bagaimana dengan perempuan yang menjadi subjek pelaku dalam video? Mereka juga tetap mendapat cercaan, dianggap bodoh, tak becus merawat suami hingga pada akhirnya perdebatan meruncing pada sosok-sosok perempuan yang ada di sekitar pria. Sementara, tokoh pria dihilangkan perannya dan hanya menjadi pelengkap dalam drama perselingkuhan...”dikutip dari tulisannya.

Terlenanya media massa tentang sesuatu yang viral, jadi hal kedua mendasar mengapa konten demikian masih ada dan diperbanyak. Padahal media mempunyai kewajiban tidak hanya meneruskan informasi, namun juga mengedukasi. Putri melihat kondisi ini sebagai bentuk mirisnya media algoritma, yang terus berulang demi mendulang keuntungan. Sedangkan perempuan tetap menjadi pihak yang akan dirugikan oleh media massa.

Kumpulan esai terbitan Intrans Publishing tahun 2021 ini bisa jadi salah satu rekomendasi bacaan bagi siapapun, yang ingin melihat media dari kacamata seorang perempuan.  (ree)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.