
SURABAYA (Lenteratoday) - Terkait perbedaan data kematian antara Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi angkat bicara. Menurutnya, data kematian yang masuk di lawancovid-19.surabaya.go.id dan lapangan adalah sebelum testing. Karena itu, dia pun meminta proses tracing diperkuat.
Tercatat selama bulan Juli pemakaman protokol covid-19 mencapai 3.420. Berawal dari data tersebut, seharusnya data resmi yang dikeluarkan pemerintah maupun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, angka kematian harusnya ratusan per hari. Namun, per hari di data hanya ada 5–10 warga yang dilaporkan meninggal.
“Kalau (data kematian) yang di lawan Covid itu adalah orang yang sudah sakit dan positif. Mereka masuk data NAR,” ujar Eri pada Senin (26/7/2021).
NAR merupakan big data yang menjadi jujukan pemerintah daerah untuk melaporkan kasus dan angka Covid-19 di wilayah. Eri menyayangkan sejumlah warga Surabaya yang tidak segera memeriksakan diri ketika sakit. Kemudian, ketika kondisi makin parah, mereka baru dibawa ke puskesmas.
”Warga Surabaya ada yang sakit tapi nggak segera periksa, ada yang diberikan obat flu. Setelah parah, setelah sesak napas nggak kuat baru ke puskesmas. Telat ngasih oksigen, akhirnya meninggal dan tidak terdata dalam NAR sebagai pasien Covid-19,” papar Eri.
Sehingga, sejumlah warga yang belum menjalani swab antigen atau PCR itu, dimakamkan dengan protokol Covid-19. Sebab, mereka sudah menunjukkan gejala Covid-19.
”Belum swab antigen, dia meninggal. Sehingga kenapa angka kematian di lapangan lebih besar, tidak seperti laporan kematian di lawan covid,” jelas Eri.
”Sejak awal, kami melakukannya sudah swab. Sehingga warga ini, kita lakukan antigen. Kalau positif langsung tertangani. Positif antigen itu tanda-tanda Covid-19. Permenkes bilang antigen positif itu positif Covid-19,” jelas Eri
Sehingga, bagi warga yang meninggal belum swab, tetap dimakamkan dengan protokol Covid-19. ”Saya harus jujur. Pemakaman Keputih maupun pemakaman umum tapi sudah suspect probable tetap protokol Covid-19. Makin banyak tracing, makin tahu harus gimana. Penanganan harus masif. Jadi bentuknya begini kita tahu banyak atau tidak ya. Bukan karena saya nggak mau buka. Saya selalu buka dari dulu,” ucap Eri. (Ard)