
MALANG, (Lenteratoday) - Siapa bilang rambut jagung tidak punya manfaat lebih? Vritta Amroini Wahyudi, S.Si, M.Si., bersama dua dosen lain, terbukti mampu menyulap rambut jagung jadi teh herbal. Inovasi ini dilaksanakan di Desa Sragi, Kabupaten Blitar untuk membantu warga ciptakan teh herbal antioksidan dari rambut jagung.
Vritta, begitu ia akrab dipanggil, mengungkapkan semua berawal dari permintaan untuk menjadi pemateri dalam agenda KKN yang mahasiswa lakukan. Dari situ, kemudian ia diminta untuk mengembangkan potensi yang ada di Desa Sragi.
“Desa ini menghasilkan begitu banyak jagung, namun rambut jagungnya tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Maka dari itu, saya dan tim dosen ingin mencoba mengambil sampel dan mendapatkan hasil bahwa bahan ini memiliki antioksidan yang tinggi seperti teh hijau,” jelasnya.
Temuan ini membuat Vritta yakin bahwa minuman seduh dari rambut jagung berpotensi untuk diajukan sebagai produk bernilai ekonomis. Di samping itu juga mampu memberikan dampak positif bagi kesehatan karena memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Menurutnya, kandungan itulah yang akan membantu memperkuat sistem imun yang dibutuhkan di masa pandemi.
Lebih lanjut, Vritta menuturkan bahwa pada dasarnya kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pendampingan terkait produk minuman fungsional serta menyediakan fasilitas pembuatan dan kemasan produk sampai menjadi teh celup. “Nantinya kami juga akan mengawal sampai produk ini siap dan memiliki syarat-syarat tertentu untuk mengajukan perizinan,” tegasnya.
Dosen Ilmu Teknologi pangan (ITP) ini berharap pengabdian ini bisa menjadi gerakan sinergisitas antara Kampus Putih dan masyarakat. UMM yang memiliki akademisi dan mahasiswa diharapkan mampu memberikan ilmu praktis dengan alat-alat yang sederhana dalam mengembangkan potensi warga. “Dengan begitu, keilmuan yang kita miliki bisa diaplikasikan dan menjadi alat untuk menebar manfaat lebih luas,” imbuhnya.
Sementara itu, Leni, Kepala Desa Sragi berterimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Malang atas terselenggaranya pelatihan ini. Dengan begitu, desa bisa menghasilkan produk dari hasil panen sendiri. “Rambut jagung yang awalnya hanya dianggap sebagai limbah, kini bisa dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis dan berguna bagi kesehatan,” tuturnya.
Terakhir, ia juga berharap pelatihan ini bisa menjadi langkah awal dalam membuat dan memasarkan teh herbal dari rambut jagung ke khalayak luas. Selain itu juga bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga yang ada di desa. “Program ini dapat menciptakan peluang usaha yang menarik. Saya yakin teh herbal ini bisa menjadi produk unggulan yang ada di Kabupaten Blitar,” pungkasnya.(ree)