24 April 2025

Get In Touch

Kisah Petani Kopi Bondowoso Yang Sukses Tembus Pasar Eropa

Saleh, salah seorang petani kopi Bondowoso yang produknya berhasil menembus pasar Eropa.
Saleh, salah seorang petani kopi Bondowoso yang produknya berhasil menembus pasar Eropa.

BONDOWOSO (Lenteratoday) - Awalnya, sempat ragu, namun kini jadi lebih percaya diri. Rasa syukur hasil panennya dibawa ke Belanda juga diungkapkan sebelumnya oleh petani kopi Bondowoso dari Desa Rejo Agung, Kecamatan Sumber Wringin, seperti yang dituturkan oleh Saleh.

Di rumahnya terdapat cafe sederhana sebagai lokasi pemasaran produk kopinya, Tsarima. “Awalnya saya gak percaya dengan tawaran pembinaan dari Universitas Jember, bahkan saya pernah debat dengan Pak Ali Badrudin. Apa program ini bisa berhasil? Sebab sudah sering kami mendapatkan janji-janji akan dibina atau akan dibantu, tapi setelah pelatihan sekali kemudian ditinggal begitu saja,” ungkap Saleh, Ketua LMDH Wana Agung Sejahtera, yang menaungi para petani kopi di Desa Rejo Agung.

Para petani kopi di Desa Rejo Agung bergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa-Hutan (LMDH) mengingat mereka menanam kopi di lahan milik PT Perhutani.

Sebenarnya produk kopi petani di Desa Rejo Agung, dan lima desa lainnya di Kecamatan Sumber Wringin tak pernah sepi pembeli. Hanya saja, harga yang diberikan oleh tengkulak jauh dari harga pasaran. Bahkan sering kali kopi belum dipanen sudah di ijon oleh tengkulak.

Seperti yang disampaikan oleh Ketua DPRD Bondowoso kala mengikuti panen kopi di Kecamatan Sumber Wringin, beberapa waktu lalu. “Pengijon datang saat tanaman kopi sudah berbunga, dibelinya dengan harga 4 ribu rupiah per kilogram saja. Padahal empat lima bulan kemudian di saat panen kopi harganya di pasaran sudah mencapai Rp 9 ribu. Artinya keuntungan pengijon sudah mencapai 40 persen,” kata H. A Dhafir kala itu.

Kedua, banyak pembeli kopi Bondowoso yang sengaja memberi merk sesuai keinginannya sendiri, sehingga hilanglah nama Bondowoso. “Saya ingin kopi dari Bondowoso membawa nama Bondowoso, agar daerah kita makin dikenal, agar wisatawan tertarik datang dan memberi dampak ekonomi berganda bagi Bondowoso. Saya minta Universitas Jember dan PT Astra Internasional menjadi orang tua asuh yang membantu mencari pembeli dan memasarkan langsung kopi Bondowoso tanpa melalui tengkulak atau perantara. Membantu Bumdes yang akan memasarkan kopi. Saya juga mohon pihak perbankan dalam hal ini Bank Jatim untuk memberikan kredit lunak kepada petani kopi kita. Agar mereka tak lagi bisa diijon,” pesannya.

Namun berkat pendekatan secara personal, ketelatenan disertai bukti nyata, LP2M Universitas Jember yang menggandeng PT Astra Internasional, berhasil meyakinkan para petani Kopi di Kecamatan Sumber Wringin bergabung dalam program Desa Sejahtera Astra. Mulai bantuan dari sisi teknis penanaman, perawatan, panen, pasca panen, proses pengolahan hasil panen, pemasaran, hingga penguatan kelembagaan.

“Tentu saja prosesnya tidak begitu saja jadi, perlu waktu panjang dan kerja sama dengan semua pihak untuk mewujudkan impian petani kopi Bondowoso mengekspor produknya ke luar negeri. Kami memulai sejak Juli 2020 lalu melalui Program Desa Sejahtera Astra,” kata Ali Badrudin, dari LP2M Unej.

Beruntung, mitra Universitas Jember dalam membina petani kopi adalah PT Astra Internasional, perusahaan besar di Indonesia yang kiprahnya sudah mendunia. Dengan jejaring yang dimilikinya, akhirnya kopi Bondowoso diperkenalkan kepada dunia, termasuk menggandeng KBRI Indonesia di Belanda.

“Target kami pada tahun 2022 nanti sudah ada Local Hero dari Kecamatan Sumber Wringin yang tampil sebagai eksportir kopi melalui program Desa Sejahtera Astra dengan fokus pada empat hal yakni, penguatan kelembagaan, bantuan sarana dan prasarana, akses pemasaran dan permodalan,” tutur perwakilan PT. Astra Internasional, Bima Krida Arya.

Apa yang disampaikan oleh Bima Krida Arya diamini oleh Saleh, kini semua petani kopi, dan UMKM kopi di Kecamatan Sumber Wringin tergabung dalam Badan Usaha Desa (Bumdes) bersama yang dinamakan RAISA, singkatan dari Raung-Ijen Sumber Wringin Agropolitan. Nantinya semua hasil kopi petani dalam bentuk green beans atau olahannya akan dipasarkan melalui Bumdes RAISA, termasuk kopi yang nantinya akan diekspor ke Eropa. Tentunya dengan kesepakatan ini membuat petani kopi wajib mematuhi persyaratan dan standar yang sudah ditentukan oleh pembeli.

Tak hanya memproduksi kopi dalam bentuk green beans saja, beberapa petani sudah melangkah lebih maju dengan mengemas kopi produksinya menjadi kopi bubuk siap seduh. Seperti yang dilakukan oleh Saleh dengan kopi bubuk produksinya yang diberi merk Tsarima. Kopi produksinya ini memiliki beberapa jenis, ada yang diolah secara natural hingga yang berjenis kopi wine. Bedanya ada pada cara pemrosesan dimana untuk mengolah kopi wine dibutuhkan waktu penjemuran dan fermentasi yang lebih lama, bisa mencapai 3 bulan lebih.

“Untuk kopi bubuk jenis Arabica, biasanya saya jual seharga 50 ribu rupiah untuk kemasan 200 gram. Sementara untuk kopi bubuk jenis Robusta lebih murah,Rp 25 ribu, tentu saja harga kopi bubuk jenis wine Arabica lebih mahal bisa mencapai Rp 500 ribu untuk satu kilogram. Selain memproduksi kopi bubuk, para petani di Kecamatan Sumber Wringin juga memproduksi produk turunan seperti sabun kopi, scrub kopi hingga pengharum mobil dengan aroma kopi,” urai Saleh. Dalam setiap panennya, dari kebun seluas satu hektar bisa dihasilkan kopi green beans mencapai 1 ton.

Penjelasan Saleh didukung oleh Ketua Bidang Pemasaran LMDH Wana Agung Sejahtera Ahmad Rizal. Menurut Rizal semenjak mendapatkan binaan dari dari LP2M Universitas Jember bersama PT. Astra Internasional, petani kopi lebih senang mengolah kopi menjadi kopi bubuk atau paling tidak menjual dalam bentuk green beans, tidak lagi menjual kopi dalam bentuk gelondongan. Kopi bubuk yang dijual pun sudah berani menyebutkan sebagai kopi Bondowoso.

“Sebelumnya kami menjual kopi gelondongan saja, dan kemudian diberi merk sesuai keinginan pembeli. Malah oleh pembeli dari Bandung diberi merk kopi Ciwidey Bandung padahal asalnya dari Sumber Wringin Bondowoso,” kata Rizal yang punya produk kopi dengan merk Brown Coffee ini.

Belum lama ini, kopi Arabik dan Robusta ikut serta dalam coffee cupping atau pencicipan rasa oleh tester kopi profesional Eropa di Hotel Mrriot Denhaag Belanda pada awal September 2021. Hasil pencicipan kopi dari berbagai negara itu akan menjadi rekomendasi bagi pembeli kopi Eropa untuk dikonsumsi bagi warga disana.

Sebagai informasi, kopi yang disajikan dalam Indonesia Coffee Cupping 2021 adalah hasil panen petani kopi Sumber Wringin pada 3 Juli 2021 lalu. Selain menampilkan kopi Bondowoso, Indonesian Coffee Cupping 2021 juga menghadirkan kopi Arjasari Bandung, kopi Bengkulu, kopi Kintamani Bali, kopi Flores, kopi Gayo dan kopi lainnya.

Sedikit mengingatkan pada 26 Juni 2021 lalu, para petani kopi di Kecamatan Sumber Wringin mengadakan panen raya yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah Bondowoso, DPRD Bondowoso, DPRD Jawa Timur, Kemendesa PDTT, PT. Astra Internasional dan pihak terkait. (mok)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.