
Surabaya - Penyebaran virus corona ke berbagai negara lebih cepat dibandingkan kawasan yang berdekatan dengan sumber virus tersebut. Kondisi ini mengkhawatirkan karena akan berdampak signifikan pada ekonomi. Bursa global dan regional juga ikut terkoreksi akibat wabah virus corona yang sudah menyebar ke beberapa negara.
Virus Corona ini sebagai angsa hitam (Black Swan) alias sesuatu yang langka dan memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia. Sebutan ini mengacu pada teori Black Swan-nya Nicholas Thaleb yang ditulis dalam bukunya berjudul The Black Swan pada tahun 2007 lalu.
Dikutip dari Gatra.com, ekonom sekaligus Komisaris Independen Bank Central Asia (BCA), Raden Pardede menilai, banyak fenomena black swan atau peristiwa-peristiwa tak terduga yang terjadi pada awal tahun 2020 ini. Mulai dari terbunuhnya salah seorang Panglima Iran yang disegani, hingga yang teranyar adalah tersebarnya virus asal Wuhan, corona.
Virus corona ini telah mengakibatkan pasar bereaksi secara berlebihan sehingga valuasi IHSG terkoreksi lebih rendah dalam 10 tahun terakhir. Saat ini, PE Bursa Efek Indonesia berada pada level 12,4 kali dibandingkan rata-ratanya sekitar 15 kali. Artinya, PE tersebut sangat murah jika dibandingkan historikalnya.
Para pelaku pasar berekspektasi pemulihan bursa dapat berlangsung dalam jangka menengah atau bahkan jangka panjang. Jika dibandingkan dengan wabah SARS pada 2003, bursa merespon negatif sejak Januari-Maret 2003. Kendati demikian, dalam satu tahun kemudian bursa melonjak.
Dicontohkan penyebaran virus SARS pada tahun 2003. Ketika itu pasar bereaksi negatif selama Januari-Maret 2003. Namun, pasar berbalik arah dan menguat satu tahun setelahnya. Dalam kondisi volatilitas tinggi seperti ini, menurutnya obligasi akan memberikan imbal hasil yang menarik. (har/ins)