21 April 2025

Get In Touch

Petani di Blitar Gagas Konsep Integrated Farming, One Zone Ten Product

Wakil Ketua KTNA Jatim dan Presiden Republik Durian, Anna Luthfie.
Wakil Ketua KTNA Jatim dan Presiden Republik Durian, Anna Luthfie.

BLITAR (Lenteratoday) - Seorang petani di Kabupaten Blitar menggagas konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming, yaitu One Zone Ten Product atau 1 Kawasan 10 produk. Mulai pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan hingga UMKM.

Anna Luthfie, petani asli Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar awalnya prihatin dengan kondisi petani, baik di Blitar maupun secara umum di Indonesia. "Bagaiman masa depan petani, kalau musim panen harga anjlok. Sedangkan biaya produksi untuk bibit, pupuk dan lainnya semakin naik," ujar Luthfie, Rabu (24/11/2021).

Sementara saat ini, lanjut pria yang juga Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Timur ini, seluruh dunia juga sedang menghadapi 3 masalah global. "Yakni perubahan iklim, krisis pangan dan energi serta kerusakan lingkungan hidup," jelasnya.

Kondisi ini yang mendorong Luthfie menggagas Konsep Green Economic Growth berupa Integrated Farming, yaitu One Zone Ten Product atau 1 kawasan 10 produk. "Selama ini investasi, pembangunan dan ekonomi menjadi alasan untuk merusak lingkungan. Seharusnya bisa bersahabat dengan alam dan lingkungan," tandasnya.

Apalagi dari hasil keliling ke beberapa daerah di Indonesia, Luthfie banyak menemui lahan tidur atau lahan kurang produktif disetiap desa. Bahkan luasnya bisa mencapai puluhan hektar, meskipun tidak dalam satu petak/lokasi tapi berada dalam satu zona atau kawasan desa tersebut," ungkapnya.

Oleh karena itu Luthfie yang juga sudah menerapkan konsep 1 kawasan 10 produk di desanya, ingin agar konsep yang diawali dari desa bisa diterapkan dengan dukungan pemerintah baik daerah, provinsi maupun pusat.

"Bahkan dalam waktu dekat, saya akan memaparkan konsep ini di 6 kementerian yaitu Menteri Pertanian, Menteri Desa dan PDT, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Investasi dan Menteri BUMN," tandas Luthfie.

Adapun Konsep 1 kawasan 10 produk diterangkan Luthfie, dimana dalam 1 kawasan seluas sekitar 10-20 hektar bisa digunakan untuk : pertanian tanaman pangan dan buah-buahan unggulan, beternak ikan atau udang, beternak ayam, kambing atau sapi, tanaman hias, sayur mayur dan herbal (dengan green house) untuk ekspor, bertanam emas hijau (vanili) atau bertanaman emas hitam (cengkeh, kapulaga, pala dan lada), tempat pelatihan dan laboratorium, pusat kuliner dan industri olahan pertanian dan peternakan dan desa wisata.

"Kalau konsep ini dijalankan dengan serius, didampingi dan didukung oleh pemerintah. Bisa menjadi solusi Indonesia bahkan dunia, bernasis desa, telnologi tepat guna dan digital. Maka saya yakin petani bisa maju dan berkembang, serta memiliki daya saing untuk kebangkitan ekonomi," terangnya.

Luthfie mencontohkan untuk tanaman buah-buahan dengan nilai ekonomi tinggi, yakni durian jenis Musang King jika menanam 100 pohon dimana 1 pohon sekali panen menghasilkan Rp 15 - 20 juta. "Maka satu kali panen bisa menghasilkan Rp 1,5 miliar, padahal dengan kemajuan teknologi tepat guna dalam setahun bisa 3 kali panen," beber pria yang juga Presiden Republik Durian ini.

Luthfie menambahkan, tentunya produk unggulan dari setiap daerah berbeda-beda, namun diupayakan komoditas yang memiliki kualitas ekspor. Sehingga hasil produk tidak hanya untuk kebutuhan lokal saja, juga bisa diolah dan diekspor untuk mendapatkan tambahan nilai ekonomis.

"Jadi dengan konsep 1 kawasan 10 produk, mulai hulu sampai hilir juga diperhatikan. Dengan adanya industri atau pabrik pengolahan produk pasca panen, tentu hasilnya secara ekonomis lebih tinggi dibanding produk mentah yang selama ini dijual petani," pungkasnya.(*)

Reporter : Arief Sukaputra

Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.