
SIDOARJO (Lenteratoday) - Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember adalah momen untuk mengingatkan seluruh rakyat Indonesia bahwa Hari Ibu adalah hari untuk mengingat jasa seorang ibu di Indonesia.
Tetapi di Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah di Jawa Timur yang mengalami kasus terbanyak dalam perlindungan perempuan dan anak.
Menurut Politisi PDI-Perjuangan Sidoarjo Sudjalil, banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi belakangan ini, menegaskan telah terjadi darurat kekerasan di Sidoarjo. Sehingga menjadi suatu keharusan dan menjadi perhatian dari Pemkab Sidoarjo untuk bisa minimal mengurangi kasus perempuan dan anak.
“Ketika masih banyak perempuan yang mengalami kekerasan dalam bentuk apapun, seperti fisik, psikis, dan seksual maka ini cermin bahwa negara kita masih jauh dari kata merdeka, sehingga kepedulian dari pemerintah sangat dibutuhkan,” tegas Ketua Bapemperda DPRD Kab.Sidoarjo, Sudjalil.
Selain itu, Sudjalil juga mengatakan bahwasanya masalah kekerasan ini merupakan masalah kompleks yang harus ditangani secara bersama, karena banyak faktor, seperti masalah Ekonomi, Lingkungan, Pendidikan, pemahaman tentang hukum, bahkan kultur dari masyarakat itu sendiri.
“Masalah-masalah itu harus terakomodir dalam Raperda itu. Karena itu, kami mendorong pada Pemkab untuk membentuk tim kajian terkait hal ini. Cari dulu faktor-faktor penyebabnya, setelah itu baru diformulasikan solusinya,” ucap Sudjalil, anggota DPRD Sidoarjo dari fraksi moncong putih tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Sidoarjo, Prastiwi Trijanti mengatakan, pihaknya telah memasifkan sosialisasi ke masyarakat, sekolah hingga ponpes melalui kampanye bersama lindungi anak (Berlian).
"Berbagai program sudah kita sosialisasikan. Kita juga bersinergi dengan dinas dan penegak hukum untuk menghimbau dan menekan terjadinya kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak," kata Trijanti.
Selain itu, Prastiwi Trijanti menambahkan dalam penanganan kasus sendiri tidak mengalami kendala dan memang banyaknya kasus terjadi karena masalah ekonomi dan Lingkungan.
"Adapun faktor penyebab karena faktor ekonomi tidak adanya keharmonisan rumah tangga. Untuk kekerasan terhadap anak dampak dari pengunaan hp atau internet yg kurang kontrol, sehingga akhir2 ini pelecehan seksual dan pencabulan pada anak meningkat. Serta UPTD PPA dalam penanganan kasus tidak mengalami kendala," ucap Prastiwi Trijanti.
Reporter : Angga Prayoga
Editor : Endang Pergiwati