
Surabaya– Bagiorang tua menjadi suatu kebanggan bila bisa mengantarkan anaknya menyelesaikanpendidikan, apalagi sampai pendidikan tertinggi. Nah, dalam perhelatan wisudaInstitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ke-121 yang akan digelar di GrahaSepuluh Nopember ITS pada 14 – 15 Maret mendatang ada yang menarik. Ibu dan anaknyaakan diwisuda bersama sebagai doctor.
Yang lebih unik lagi, sang ibu, Rika Rokhana menjadiwisudawan doktor tertua di usia 50 tahun 6 bulan. Sedangkan sang anak RarasmayaIndraswari menjadi wisudawan doktor termuda di usia 24 tahun 7 bulan. Inilahkisah ibu dan anak dalam menyelesaikan pendidikan doktoral mereka hinggaakhirnya bisa wisuda bersama.
Pada Wisuda ITS ke-121, Raras, sapaan akrab RarasmayaIndraswari, dinyatakan lulus program doktor dari Teknik Informatika, FakultasTeknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) mampu menjadi wisudawantermuda setelah mengikuti program Mahasiswa program Pendidikan Magister menujuDoktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Dia menyelesaikan studi doktornya selama4,5 tahun dengan disertasi berjudul SistemDeteksi Osteoporosis Berdasarkan Fitur Cortical Bone Rahang Bawah padaCone-Beam Computed Tomography (CBCT).
Sementara sang ibu, Rika Rokhana berhasil menamatkanpendidikan doktornya lewat disertasi berjudul Bone Fracture Detection using a three-dimensional ultrasonic tomographysystem di Teknik Elektro ITS. Mereka akan diwisuda pada wisuda hari pertamaperhelatan wisuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ke-121.
Menurut Rika, bekerja bersama rekan-rekan kuliah yanglebih muda awalnya sedikit membuatnya minder. “Tapi karena kawan-kawan di labsangat suportif, saya jadi merasa berjiwa muda juga,” tuturnya.

Dosen Teknik Elektronika Politeknik ElektronikaNegeri Surabaya (PENS) ini juga menjelaskan, motivasinya menyelesaikanpendidikan doktor adalah demi memberikan contoh kepada anak-anaknya. Rikamenjelaskan ada nilai-nilai ketekunan, komitmen, dan memaksimalkan tujuan yangsenantiasa ia tanamkan pada keluarganya. “Maka saya pun harus memberi contoh.Keluarga mendukung saya untuk memaksimalkan pendidikan saya sebagai dosen,”jelasnya.
Nilai-nilai yang Rika tanamkan kepada anak-anaknyadiakui oleh Raras sangat berpengaruh pada kehidupannya. Ia mengaku sang ibutelah memberikan contoh yang luar biasa dalam menjalankan peran sebagai ibu danperempuan yang berkontribusi di luar rumah. Kerja keras sang ibu menuntun Rarasuntuk serius dengan pilihannya dalam pendidikan. “Saya punya contoh yangsedemikian hebatnya, rasanya tidak pantas jika saya hanya bermalas-malasan,” tuturnya.
Terbukti, Raras berhasil lulus dari SMPN 1 Surabayaselama dua tahun, lulus dari SMAN 5 Surabaya selama dua tahun, dan menamatkanprogram sarjana Teknik Informatika ITS selama tujuh semester. Hingga akhirnya,mengambil program PMDSU untuk meraih gelar doktor di jurusan yang sama. Kecintaannyapada matematika lah yang membuatnya memilih Teknik Informatika untuk digeluti.“Orang tua tidak pernah memaksa saya harus begini atau begitu,” akunya.
Yang menarik, keduanya memiliki topik penelitianyang berkesinambungan, yakni terkait dengan dunia medis. Menurut Rika,penelitian Raras terkait deteksi osteoporosis lewat citra tulang rahang bawahdapat dikaitkan dengan penelitiannya terkait deteksi patah tulang denganultrasound. “Karena ternyata osteoporosis dapat meningkatkan risiko patah tulang,”ungkap Rika.
Keduanya mengaku kesinambungan topik penelitiantersebut bukan sesuatu yang disengaja. Raras sendiri menjelaskan bahwa topikdisertasinya adalah lanjutan dari penelitian tugas akhir (TA) programsarjananya. Keduanya juga tidak menyangka jika dapat melakukan wisudabersamaan. “Kami baru tahu saat sidang terbuka kemarin kalau wisudanya akanbersamaan,” ujar gadis berhijab ini.
Sebagai ibu dan anak yang sama-sama menempuhpendidikan doktor, Rika dan Raras membagikan beberapa kisah unik yang merekaalami. Mereka menceritakan bagaimana keduanya kerap saling mengingatkan untukmembaca jurnal atau berbagi metode-metode yang menunjang penelitian. Mereka punsaling memberikan semangat untuk bisa menyelesaikan pendidikan doktornya.
Mereka pun mengaku bahwa seluruh anggota keluargaturut mendukung. Rika menjelaskan, anggota keluarga kerap saling berbagiterkait ilmu yang baru mereka pelajari. “Saat mendekati sidang tertutup bahkan,anggota keluarga yang laki-laki tidak segan menggantikan sementara pekerjaankami,” kenangnya.
Sebagai dosen, Rika berpesan kepada para mahasiswauntuk tidak menyerah dan tetap fokus pada komitmen yang telah dipilih sejakawal. Sedangkan Raras berpesan kepada rekan mahasiswa program sarjana agarsegera menentukan tujuannya. “Pasti ada jalan kalau mau berusaha,” tandasnyamengingatkan. (ufi/fat)