
SURABAYA (Lenteratoday) – Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Dr. Erwin Astha Triyono mengatakan virus HIV/AIDS, Surabaya menjadi peringkat pertama se-Jawa Timur tahun 2021 sebanyak 323 pasien. Kabar tersebut yang sempat ramai di kalangan masyarakat, menjadi evaluasi tersendiri bagi Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina SKM, M.Kes.
Nanik membeberkan penyebaran penyakit HIV/AIDS ini terjadi pada ibu hamil, homoseksual, dan kalangan anak muda usia kisaran 25-40 tahun dengan klasifikasi usia produktif kisaran 25-29 tahun, kemudian range selanjutnya usia 30-34 tahun dan jenis kelamin didominasi laki laki dengan presentase laki-laki 73% dan perempuan 27%, Selasa (18/01/22).
“Berdasarkan data yang kami terima paling banyak karyawan, kemudian ibu rumah tangga. Maka dalam hal ini mengedukasi pencegahan itu lebih penting, ditakutkan bisa menularkan ke anggota keluarga yang beresiko,” terang Nanik.
Terkait populasi pasien HIV/AIDS saat ini didominasi dari Kecamatan Sawahan dan Tambaksari. Data yang sudah terkumpul berdasarkan pekerjaan, presentase karyawan 46,2%, ibu rumah tangga 18,9%, wiraswasta 14,6%. Nanik menegaskan bahwa status karyawan disini bukan hanya pekerja kantoran saja, melainkan pekerja hiburan malam dan lain-lain.
Di sisi lain, Nanik menjelaskan berdasarkan orientasi seksual homoseksual 46%, heteroseksual 49%, dan biseksual 2,3%. Dengan keterangan tanpa gejala 85% dan bergejala 15%.
Langkah Yang Sudah Dilakukan Dinkes Kota Surabaya
“Kita aktif melakukan Screening, sehingga temuan kasus baru akan semakin tinggi, berbeda lagi kalau kita diam-diam saja sehingga tidak dijumpai kasus. Adanya keaktifan tersebut kasus akan semakin tinggi terdeksinya,” jawab Nanik di ruang konferensi.
Pemerintah Kota Surabaya selalu insentivitasi, sosialisasi, dan screening dalam pendekteksi dini terhadap HIV. Kami (Pemkot Surabaya) melakukan pendekatan dini terhadap pelaku beresiko tertular HIV kepada Waria, PSK secara langsung dan tidak langsung, pengguna nakoba suntik, kelompok rentan tertular HIV (Ibu hamil), calon pengantin, pekerja hiburan, ABK (Anak Buah Kapal), pekerja pabrik. Tak hanya itu, Dinkes Surabaya melakukan screening kepada pasien dengan penyakit tertentu kemungkinan dapat disertai penyakit HIV, seperti pasien TB, IMS (Infeksi Menular Seksual), Pneumonia, Dermatitis kronis, dan diare.
Dinkes Kota Surabaya melakukan persiapan dengan mengerahkan 63 puskesmas, 54 rumah sakit, 1 klinik berbasis komunitas, dan 1 klinik Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Lonjakan pasien tahun kemarin, Dinkes Kota Surabaya berharap dapat dikendalikan secara efektif. HIV susah dideteksi karena tidak menunjukkan gejala apapun, jadi adanya penemuan-penemuan dini diharapkan dapat melakukan intervensi dengan mengedukasi dan terapi, sehingga dapat melakukan pengobatan dini.
“Penanganan-penanganan yang sudah dilakukan di antaranya memberikan pengobatan layanan gratis dilakukan di 13 puskemas dan 10 rumah sakit. Terkait daftar pelayanan gratis akan disampaikan lebih lanjut,” ungkap Nanik.
Kemudian, Dinkes Kota Surabaya juga memberikan informasi komprehensif pencegahan penularan HIV/AIDS secara rutin kepada sekolah-sekolah, mahasiswa, kelompok pekerja hiburan, dan masyarakat luas yang rentan penyakit ini.
Tak hanya itu, Dinkes Kota Surabaya juga melakukan pendampingan, konseling, dan Home Care ke rumah-rumah penderita, juga memberikan dukungan untuk yang tidak mampu berupa PMT (Program Makanan Tambahan) susu. Nanik menambahi kalau pihak kelurahan juga membantu permakanan untuk pasien yang tidak mampu.
Nanik menjelaskan pihaknya juga membentuk petugas penjangkau kelompok beresiko dengan melakukan akses pemeriksaan HIV di layanan kesehatan, kemudian memberikan monitoring pemberian pengobatan dengan pemeriksaan HIV secara berkala, kemudian ada KPA (Komisi Penanggulangan Aids) aktif di 30 kecamatan.
Reporter : Ryan Rizky
Editor : Endang Pergiwati