
Oleh Halimatus sakdiyah (Ima)
Kawan, izinkan Ima tulis sedikit kisah umroh tahun ini yang sangat bersejarah sayang untuk ima simpan sendiri.
Baiklah, sejak keberangkatan kami yang mendadak hingga tiba ke bandara Jeddah tanggal 5 Maret 2020, pukul 03.00 waktu Jeddah, sangat beda tipis dengan jam diumumkannya penangguhan kedatangan jemaah umroh.
Allah sungguh berencana luar biasa. Alhamdulillah Ima dan keluarga masih Allah ijinkan berkunjung ke kota Suci Mekkah Madinah.
Setelah tiba di bandara King Abdul Aziz Jeddah, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Madinah ditempuh kurang lebih 6 jam perjalanan dengan angkutan darat (bus), ditemani udara yang dingin hingga 14 derajat.
Setibanya di Madinah, semuanya berjalan dengan biasa, jemaah umroh masih ramai meski di Indonesia ramai dengan berita penangguhan (umroh). Ima dan rombongan di jadwalkan 8 hari di Madinah. Hari pertama hingga hari ke 6, di Roudhoh (taman surga) masih ramai, dengan ciri khas antrian yang mengular dan berdesakan disertai suara tangisan seraya memohon ampun, kelancaran, hajat, dan keselamatan dunia akhirat.
Qodarulloh, pada hari ke 7, kami harus melanjutkan perjalanan ke Mekkah karena pihak travel menerima info bahwa Mekkah akan segera ditutup untuk sterilisasi Corona. Ba’da shalat Dhuhur, pada hari Kamis, Ima dan rombongan bergegas ke Mekkah.
Perjalanan Madinah - Mekkah hanya dapat diakses dengan perjalanan darat kurang lebih 5 jam perjalanan. Seperti bisanya perjalanan menuju Mekkah kami memakai baju ihrom busana wajib umroh, dilanjutkan mengambil miqat (membaca niat umroh).
Nah, setelah menempuh perjalanan 2 jam disinilah Ima mulai merasakan perbedaan dengan umroh tahun lalu, karna semua kendaraan yang akan masuk ke kota Mekkah harus diberhentikan. Khususnya untuk bus yang membawa jemaah umroh harus masuk ke tempat pemberhentian wajib dimana nanti akan ada dokter yang masuk ke bus untuk memeriksa suhu tubuh jemaah umroh.
Alhamdulillah pemeriksaan pertama Ima dan rombongan lancar, dan bus kami diberi surat berstempel sebagai bukti bahwa bus kami lulus melalui proses pemeriksaan pertama.
Setelah melalui 4 jam perjalanan hampir memasuki kota Mekkah, kami harus melewati pemeriksaan terakhir, dimana pemeriksaan terakhir untuk cek pasport jemaah dan penyerahan surat bukti berstempel tadi kepada petugas berwajib.
Alhamdulillah setelah semua sudah dilewati, setibanya di hotel, setelah semua koper disimpan di kamar. Selanjutnya yang seharusnya kami lakukan adalah bergegas melakukan ibadah umroh di Masjidil Harom, tapi yang terjadi adalah setelah kami tiba pukul 20.30 ternyata tempat tersebut disterilkan tidak ada lagi kegiatan tawaf, sai, dan tahalul untuk sementara waktu. Entah sampai kapan pihak travelpun belum tahu.
Disinilah pertama kalinya raut wajah kecewa tampak dari jemaah umroh dan inilah pertama kalinya sejarah rumah Allah sepi tidak ada manusia berkeliling memutarinya. Ima pikir ini tidak akan pernah terjadi, nyatanya justru Ima menjadi saksi nyata disana.

Mungkin teman-teman ada yang sudah paham ketika jemaah umroh sudah membaca niat, semua larangan yang membatalkan niat tidak boleh di lakukakan, salah satunya adalah rambut rontok, kelihatan rambutnya, kelihatan telapak kaki, memakai wangi-wangian, sabun, gosok gigi, bahkan sampai membuka baju ihrom.
Pihak travel akhirnya mengumumkan pada jemaah bahwa ibadah umroh dipending entah sampai kapan waktunya mereka masih belum tahu. Pihak travel berharap semua jemaah masih menjaga diri dari semua yang dapat membatalkan niat umroh.
Malam pertama di Mekkah, semua jemaah, termasuk Ima dan keluarga, masih menjaga diri dari rukun umroh dan memilih tidur dengan pakaian lengkap ihrom, berharap esok ada kabar bahagia. Nyatanya, kami belum boleh melaksanakan tawaf, tempat sa'i ditutup, dan jemaah yang berpakaian ihrom tidak boleh masuk ke dalam masjidil harom. Sedihnya lagi semua kran air zam-sam ditutup tidak beroperasi.
Hari kedua, keadaan kurang lebih masih sama, hanya saja tawaf bisa di lakukan tapi di lantai paling atas. Selebihnya masih sama kami berihrom tidak boleh masuk, akhirnya dengan berat hati Ima dan keluarga memilih untuk melepas ihrom dan membatalkan niat berakhir dengan membayar DAM. Innalillahi wainnalillahi rojiun.
Ma Syaa Allah, jika ditanya sedih atau tidak? pasti sedih tapi ini sudah qodarulloh. Mungkin teman-teman yang melihat di televisi, ka’bah sepi lengang tak seperti biasa itu memang benar, kalian juga pasti sedih. Kami yang berada disana langsung sedih sekali, ka’bah sudah di depan mata tapi kami tak dapat memeluknya. Tak dapat mengelilinginya dari dekat, masuk mendekatinya saja harus penuh perjuangan dan berdesakan.
Sampai di hari ke 5, dan keluarga baru menemukan celah jika ingin tawaf di lantai paling dasar harus antri lebih pagi. Jam 03.00 kami sudah antri di halaman paling depan dekat tower zamzam demi bisa tawaf tanpa berdesakan parah di lantai paling dasar masjidil haram. Itupun askari (polisi) yang bertugas sudah berbaris rapi mengatur kapan pembatas dibuka dan ditutup.
Yah, inilah sebagian kecil pejuang umroh bulan ini. Tak seberapa memang, kecil sekali, tak sebanding dengan perjuangan Rosululloh memperjuangkan islam, mengenalkan islam. Bagaimana beliau diusir dari kota kelahirannya sampai hijrah ke Madinah dengan jarah yang begitu jauh dengan unta.
Itulah hikmah yang dapat kami pelajari dari semua perjuangan, menghadapi kejenuhan dan menahan amarah atas semua kesulitan. Kekecewaan yang kami terima untuk melaksanakan umroh, hingga hari keenam pun di Mekkah, Ima dan keluarga belum bisa melaksakan umroh.
Kami hanya bisa berpasrah, kami sudah berusaha, Allah Maha Tahu sampai dimana usaha kami. Semoga tak mengurangi sedikitpun pahala umroh kami. Aamiin.
Terimakasih semua sahabat, saudara yang sudah rame-rame wapri Ima dan suami menanyakan keadaan kami. Alhamdulillah Ima dan keluarga tiba kembali ke Tanah Air dengan selamat sehari sebelum penerbangan terakhir dari dan ke Saudi ditutup, itupun dimajukan 2 hari dari jadwal kepulangan kami. Jika tidak, mungkin nasib kami akan sama seperti 42 jemaah umroh yang tidak dapat pulang karna penerbangan telah ditutup.
Lagi lagi semua qodarulloh.
Semua sudah takdir Allah.
Banyak sekali yang Allah kasih tunjuk kepada kami. Terutama bagi Ima banyak bab Sabar disana. Banyak bab Ikhlas yang Allah ajarkan. Banyak air mata Bersyukur dalam keadaan kecewa. Ima yakin semua terjadi karna Allah ingin mengajarkan banyak hal.
Semoga kita semua dalam lindungan Allah. Negeri ini tak banyak korban lagi karna Corona. Semua negara segera membaik. Dan segera Negara Saudi pulih sehingga semua yang berniat ibadah umroh dan haji dapat memenuhi panggilanNya dengan lancar tanpa ada kesulitan sedikitpun.
Aamiin Allohuma aamiin.
Akhir kata, Ima memohon maaf jika kepanjangan, Ima hanya ingin menulis sejarah dalam hidup Ima yang sayang untuk Ima simpan sendiri.
Langit Mekkah, 13 Maret 2020.