
JAKARTA (Lenteratoday) -Angka keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 terus merangkak naik.
Hal ini sejalan dengan peningkatan kasus Covid-19 yang semakin tajam akibat penyebaran varian Omicron.
Situasi ini mulai menjadi ancaman bagi para tenaga kesehatan (nakes) yang setiap harinya harus bersinggungan dengan pasien.BOR terus naik.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kapasitas total rumah sakit di Indonesia mencapai 400.000 tempat tidur. Dari angka itu, sebanyak 120.000 tempat tidur disiapkan untuk pasien Covid-19.
Adapun angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di tingkat nasional per 7 Februari 2022 mencapai 18.966. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15.262 terkonfirmasi Covid-19 dan sisanya masih berstatus probable.
"Dari 15.000 (pasien konfirmasi Covid-19) itu, 10.000 masih OTG, orang tanpa gejala dan ringan," kata Budi, mengutip Kompas, Rabu (9/2/2022).
Merujuk data terakhir Kementerian Kesehatan, 7 Februari 2022, DKI Jakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta menjadi lima provinsi dengan tingkat keterisian BOR tertinggi. DKI menjadi provinsi dengan BOR paling tinggi, bahkan melampaui 50 persen.
Berikut perincian BOR di kelima provinsi selama beberapa hari terakhir.
1 Februari 2022
- DKI Jakarta: 56 persen;
- Banten: 27 persen;
- Bali: 21 persen;
- Jawa Barat: 20 persen;
- DI Yogyakarta: 7 persen.
2 Februari 2022
- DKI Jakarta: 58 persen;
- Banten: 30 persen;
- Bali: 26 persen;
- Jawa Barat: 22 persen;
- DI Yogyakarta: 11 persen.
3 Februari 2022
- DKI Jakarta: 59 persen;
- Banten: 32 persen;
- Bali: 30 persen;
- Jawa Barat: 25 persen;
- DI Yogyakarta: 13 persen.
4 Februari 2022
- DKI Jakarta: 63 persen;
- Banten: 35 persen;
- Bali: 35 persen;
- Jawa Barat: 27 persen;
- DI Yogyakarta: 14 persen.
7 Februari 2022
- DKI Jakarta: 66 persen;
- Bali: 45 persen;
- Banten: 39 persen;
- Jawa Barat: 32 persen;
- DI Yogyakarta: 18 persen.
Ancam nakes
Lonjakan keterisian tempat tidur di rumah sakit kini mulai menjadi ancaman bagi para tenaga kesahatan.
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, jika jumlah kasus Covid-19 pada kelompok nakes kian meningkat, layanan rumah sakit juga akan ikut terdampak.
Padahal, dalam situasi seperti ini, layanan rumah sakit menjadi sangat krusial.
"Gelombang ini mulai mengancam nakes di rumah sakit. Kalau yang terinfeksi banyak dan mereka harus cuti, maka ketidaktersediaan nakes akan memengaruhi pelayanan," ujar Zubairi, dikutip dari akun Twitter-nya, @ProfesorZubairi, Senin (7/2/2022).
Zubairi menjelaskan, ancaman pada nakes bisa menjadi masalah berat. Ia becermin dari kondisi di Inggris, di mana layanan rumah sakit nyaris kolaps akibat gelombang Omicron awal Januari lalu.
Bahkan, Kementerian Pertahanan Inggris harus mengerahkan tentaranya untuk mendukung rumah sakit di London.
Pada puncak penularan Covid-19 tersebut, Inggris melaporkan lebih dari 150.000 kasus baru setiap hari selama lebih dari sepekan.
"Hal ini dapat menjadi masalah yang berat, seperti yang terjadi di Inggris. Saya harap itu tidak terjadi," kata Zubairi.
Imbauan isolasi mandiri Sebelumnya, pemerintah telah berulang kali menyampaikan imbauan agar pasien yang terkonfirmasi Covid-19 yang tidak bergejala dan bergejala ringan isolasi mandiri di rumah.
Presiden Joko Widodo bahkan pernah menyampaikan bahwa pasien Covid-19, termasuk yang terpapar Omicron, dapat sembuh tanpa ke rumah sakit.
"Perlu saya sampaikan bahwa varian Omicron dapat disembuhkan tanpa harus ke rumah sakit," kata Jokowi melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (3/2/2022).
"Pasien yang terpapar varian ini cukup melakukan isolasi secara mandiri di rumah, minum obat dan multivitamin, dan segera tes kembali setelah lima hari," tuturnya.
Sementara itu, Menkes Budi menyampaikan bahwa pasien Covid-19 yang saat ini dirawat di RS mayoritas tak bergejala atau bergejala ringan.
Oleh karenanya, jika ke depan pasien OTG (orang tanpa gejala) dan bergejala ringan dapat isolasi mandiri di rumah atau fasilitas isolasi terpusat, Budi yakin angka keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 akan berkurang.
"Jadi sebenarnya ke depannya kalau kita lebih efisien dengan cara yang OTG dan ringan bisa diisolasi mandiri atau isolasi terpusat sebenarnya keterisian rumah sakit kita masih sangat rendah," tuturnya (*)
Editor: Arifin BH