10 April 2025

Get In Touch

Jurus BI Giring Rupiah Keluar dari Level Rp 16.000/US$

Jurus BI Giring Rupiah Keluar dari Level Rp 16.000/US$

Surabaya - Nilai tukar rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/3/2020) hingga mencapai level terlemah sejak krisis 1998.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,31% ke Rp 15.950/US$. Depresiasi terus berlanjut hingga 1.89% ke Rp 16.200/US$. Level tersebut menyamai level terlemah sejak 18 Juni 1998, kala itu rupiah menyentuh level terlemah intraday Rp 16.200/US$. Adapun rekor terlemah rupiah secara intraday Rp 16.800/US$ yang dicapai pada 17 Juni 1998.

Rupiah berhasil memangkas pelemahan, dan mengakhiri perdagangan di Rp 15.900/US$, sama dengan level penutupan kemarin.

Untuk diketahui, pada 17 Juni 1998, rupiah memang menyentuh level Rp 16.800/US$, tetapi di akhir perdagangan berada di level Rp 15.000/US$. Selanjutnya, sehari setelahnya rupiah kembali melemah ke Rp 16.200/US$, tetapi setelahnya justru berbalik menguat dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.000/US$.

Itu artinya pada perdagangan jika melihat posisi penutupan perdagangan, Rp 15.900/US$ merupakan yang terlemah sepanjang sejarah. Jika dilihat sejak akhir tahun 2019 hingga hari ini atau secara year-to-date (YTD), rupiah sudah ambles 14,55% melawan dolar AS.

Meski tidak melemah lagi pada hari ini, tetapi jika mayoritas mata uang utama Asia yang menguat hari ini, kinerja rupiah bisa dibilang mengecewakan.

Pandemi virus corona (COVID-19) yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global bahkan berisiko mengalami resesi terus memicu aksi jual di pasar finansial global.

Dikutip dari CNBCIndonesia.com, aksi jual sebenarnya tidak hanya terjadi di pasar keuangan RI, tetapi juga secara global. Namun Indonesia yang merupakan negara emerging market tentunya dianggap lebih berisiko oleh para investor sehingga aksi jual terjadi lebih parah, yang menyebabkan kurs rupiah terus merosot belakangan ini.

Berdasarkan data RTI, akibat aksi jual tersebut terjadi capital outflow di pasar saham sebesar Rp 10,25 triliun YTD. Sementara di pasar obligasi lebih parah lagi, sejak akhir Desember 2019 hingga 17 Maret terjadi outflow sebesar Rp 78,76 triliun, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risko (DJPPR) Kementerian Keuangan.

Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit. Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar.

Bank Indonesia (BI) Kamis kemarin mengeluarkan "jamu" stimulus moneter guna meminimalisir dampak COVID-19 ke perekonomian. BI memangkas suku bunga acuan serta 7 kebijakan lainnya.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (19/3/2020)

Selain itu, BI kembali perkuat bauran kebijakan dan dukung mitigasi risiko COVID-19 dan dorong pertumbuhan ekonomi melalui 7 langkah yakni:

Pertama, BI akan memperkuat intensitas kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

Kedua, BI memperpanjang tenor Repo SBN hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang berlaku efektif sejak 20 Maret 2020.

Ketiga, BI akan menambah frekuensi lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3 (tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.

Keempat, BI akan memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia untuk kebutuhan di dalam negeri.

Kelima, BI akan mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020.

Keenam, BI akan memperluas kebijakan insentif pelonggaran GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor, ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020.

Ketujuh, BI akan memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui tiga hal. Pertama, menjaga ketersediaan uang layak edar yang higienis, layanan kas, dan backup layanan kas alternatif, serta menghimbau masyarakat agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran secara non-tunai.

Aksi jual yang masih berlanjut di awal perdagangan hari ini membuat rupiah tembus ke atas Rp 16.000/US$. Gubernur Perry menegaskan BI selalu terus berada di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

"Kami terus berada di pasar menjaga pasar dan berjalannya mekanisme pasar melalui triple intervensi spot, DNDF [Domestic Non-Deliverable Forward], dan pembelian SBN di pasar sekunder," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (20/3/2020).

Meski belum mampu menguat, setidaknya rupiah mampu keluar dari level Rp 16.000/US$. (har/ins)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.