
JAKARTA (Lenteratoday) – Pelarangan kaum perempuan menempuh pendidikan formal atau sekolah oleh Taliban, mengundang simpati Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Ia pun menemui delegasi Taliban, Amir Khan Muttaqi, di Doha, Qatar, dan meminta perempuan Afghanstan agar diizinkan kembali sekolah, Senin (28/3).
Retno Marsudi menggarisbawahi situasi di Afghanistan soal kebijakan baru Taliban yang menutup sekolah menengah bagi perempuan.
"Saya menegaskan bahwa pendidikan perempuan sangat penting bagi masa depan Afghanistan," kata Retno dalam pernyataan resmi, Senin (28/3) petang.
Ia juga mengaku bahwa Indonesia khawatir atas kebijakan penutupan akses terhadap sekolah tingkat atas bagi perempuan di Afghanistan.
Indonesia dan Qatar, lanjut Retno, telah menandatangani Letter of Intent (LoI) soal pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan bagi rakyat Afghanistan. Kesepakatan itu menunjukan komitmen kedua negara untuk terus membantu Kabul, terutama dalam bidang pemberdayaan termasuk bagi perempuan dan anak-anak di negara tersebut. Bantuan itu berupa beasiswa ke perguruan tinggi, pelatihan vokasi, dan dialog soal peran perempuan di Afghanistan.
Perwakilan Taliban, sambung Retno, menyambut baik tawaran bantuan dari Indonesia dan Qatar. Selain soal pendidikan, mereka juga membahas situasi kemanusiaan di negara Timur Tengah itu.
Taliban menutup kembali sekolah menengah bagi perempuan Afghanistan. Mereka menutup sekolah ini hingga waktu yang belum ditentukan.
Sejak berhasil menguasai Afghanistan pada Agustus 2021 lalu, Taliban menerapkan sejumlah aturan yang mengekang.
Perempuan tersingkir dari ruang-ruang publik dan hak-haknya dirampas seperti pendidikan, pekerjaan dan sekedar melakukan aktivitas di luar ruangan sendiri. Aturan itu menurutnya mengacu pada syariat islam versi interpretasi kelompok ini.
Tindakan membuat komunitas internasional geram dan enggan mengakui pemerintahan mereka, padahal sudah berjalan tujuh bulan.
Sumber : CNN | Editor : Endang Pergiwati