22 April 2025

Get In Touch

Mas Dhito Ingin Produksi Pakaian Khas Kabupaten Kediri Dikuasai Pembatik Lokal

Acara sosialisasi pekaian khas Kabupaten Kediri yang diadakan di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri.
Acara sosialisasi pekaian khas Kabupaten Kediri yang diadakan di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri.

KEDIRI (Lenteratoday) - Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, tak ingin pembatik dari luar Kabupaten Kediri kuasai produksi pakaian khas yang baru saja di-launching. Dengan pakaian khas ini, dia ingin pembatik Kabupaten Kediri merasakan dampak dari diluncurkannya pakaian khas tersebut.

Hal ini disampaikan melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo, usai melakukan sosialisasi pakaian khas di Kantor Disparbud pada Kamis (31/3/2022).

“Ini peluang emas. Apalagi di musim pandemi, masih bisa berkarya membuat pakaian khas. Jangan sampai peluang emas ini diambil pembatik luar Kabupaten Kediri,” ujar pria yang sering disapa Wignyo ini.

Menurut Wignyo, keinginan Mas Dhito agar pembatik Kabupaten Kediri segera mencetak massal pakaian khas ini bukan tanpa sebab. Wignyo menjelaskan, selain karena faktor sebagai masyarakat yang mempunyai pakaian khas ini serta tanggung jawab melestarikan, hal ini juga untuk menumbuhkan kembali ekonomi kreatif di Kabupaten Kediri.

Untuk itu, pihaknya bersama Tim Kajian Pakaian Khas Kabupaten Kediri memberikan sosialisasi mengenai pakain khas ini. Baik bentuk, motif maupun pakem yang digunakan dalam pakaian khas tersebut.

“Secara detail sudah diberikan pemahaman tentang ciri khas baju khas kediri. Terutama, batik khas kita yang nantinya dapat dikenal dan dikenakan masyarakat secara umum,” terangnya.

Terlebih, lanjut Wignyo, nantinya Mas Dhito akan mewajibkan ASN mengenakan pakaian khas sebulan sekali. Untuk harinya, Wignyo menjelaskan Mas Dhito bersama Disparbud dan DK4 masih akan berkordinasi lebih lanjut. Apakah dipakai di Kamis minggu pertama atau terakhir.

Untuk penentuan harga pakaian khas maupun batik khas ini Pemkab sepenuhnya menyerahkan kepada pembatik karena ada beberapa pertimbangan seperti bahan dan cara produksi batik tulis, cap, maupun printing yang mempunyai klasifikasi harga tersendiri.

“Punya klasifikasi tersendiri. Ada yang kualitas biasa hingga premium. Yang lebih penting adalah mengenalkan pakaian khas kita ini,” tandasnya.

Terpisah, Ketua Koperasi Batik Kirana Kabupaten Kediri, Sunaryo menjelaskan pihaknya beserta seluruh pembatik yang ada di Kabupaten Kediri siap mencetak kain pakaian khas dalam jumlah besar.

Dirinya mengaku, dengan perhatian Mas Dhito terhadap kebudayaan dan kesenian semacam ini akan dapat memulihkan kembali ekonomi bagi para pelaku UMKM khususnya pembatik yang ada di Kabupaten Kediri dan sekitarnya.

“Dengan diangkatnya pakaian khas Kabupaten Kediri yang dicanangkan untuk pakaian dinas harian untuk ASN dan mungkin masyarakat luas, menjadi peluang luar biasa. Salah satu sarana yang bisa mengangkat perekonomian yang ada di Kabupaten Kediri,” tutur Sunaryo.

Sunaryo menyebutkan, dirinya bersama 23 anggota Koperasi Batik Kirana ini sudah mengantongi detail desain dan pakem sehingga diharapkan tidak ada kesulitan yang dialami. Menurutnya, motif-motif pada pakaian khas ini sangat mudah untuk dipelajari dan dikembangkan.

Adapun pakaian khas untuk pria diberi nama Wdihan Kadiri dan Ken Kadiri untuk perempuan. Sedangkan Wdihan Kadiri sendiri terdapat dua jenis. Yakni Wdihan Kadiri Satria untuk pakaian khas resmi dan Wdihan Kadiri Mapanji untuk kegiatan keseharian. (*)

Reporter: Gatot Sunarko | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.