
BLITAR (Lenteratoday) - Untuk mendoakan ratusan orang Syuhada Haji atau calon jamaah haji, yang meninggal dalam tragedi kecelakaan pesawat di Puncak Tujuh Dara (Saptha Kanya) di wilayah Maskeliya, Srilanka pada 4 Desember 1974 silam. Yayasan Monumen Syuhada Haji menggelar haul Ke 47 berupa tahlil dan doa bersama para keluarga korban.
Disampaikan dr Mafrurrochim Hasyim saat mendampingi Ketua Yayasan Monumen Syuhada Haji, H. Zaenal Efendy, setiap tahun, pihak Yayasan Monumen Syuhada Haji rutin menggelar haul. "Untuk mendoakan para Syuhada Haji dari Blitar dan lainnya, yang meninggal dalam kecelakaan pesawat di Srilanka tahun 1974 silam," ujar dr Hasyim, Sabtu(4/12/2021).
Dijelaskan dr Hasyim, setiap tahun pelaksanaan haul Syuhada Haji digelar sederhana oleh Yayasan Monumen Syuhada Haji. Namun untuk tahun 2021 ini agak berbeda. "Karena mengundang seluruh anggota keluarga dari sekitar 90 Syuhada Haji, sehingga acaranya agak besar dibanding tahun-tahun sebelumnya," jelasnya.
Dari total 182 calon jamaah haji yang meninggal pada tragedi tersebut, 111 orang diantaranya berasal dari Kabupaten dan Kota Blitar, yang terdata dan masih terhubung dengan keluarganya ada 96 kaluarga. Sementara sisanya 15 keluarga Syuhada Haji lainnya, diungkapkan dr Hasyim sudah kepaten obor atau kehilangan kontak dengan keluarganya yang masih hidup.
"Jadi selain tetap menjaga silaturahmi, juga bisa tetap terus mengenang dan mendoakan para Syuhada Haji yang meninggal dalam tragedi 1974 saat akan berangkat menunaikan ibadah haji. Bahkan dengan adanya Yayasan Monumen Syuhada Haji Blitar, bisa mendirikan RS Syuhada Haji, sekolah TK Syuhada Haji dan Masjid Syuhada Haji di Kota Blitar," ungkap pria yang juga menjabat Direktur RS Syuhada Haji, Kota Blitar ini.
Acara haul Syuhada Haji diawali sejak pagi hari, dengan tahlil dan doa bersama untuk arwah para Syuhada Haji yang meninggal. Serta pemotongan tumpeng oleh Ketua Yayasan Syuhada Haji, diserahkan pada Direktur RS Syuhada Haji. Selanjutnya usai haul, ziarah ke makam sesepuh sekaligus pendiri Yayasam Syuhada Haji, almarhum H. Imam Muhafi. Serta beberapa orang keluarga Syuhada Haji juga berangkat ke Surabaya, untuk ziarah ke makam salah satu Syuhada Haji di belakang Masjid Ampel. "Tadi yang berangkat sekitar 15-20 orang, menumpang 2 mobil ziarah ke Surabaya. Karena memang ada 1 jenazah Syuhada Haji dimakamkan di Surabaya," terang dr Hasyim.
Pria yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Blitar ini menceritakan sedikit mengenai sejarah Syuhada Haji Tragedi Colombo 1974, bahwa istilah Syuhada Haji diberikan oleh Menteri Agama RI pada tahun 1974 untuk semua calon haji yang gugur dalam kecelakaan pesawat di Maskeliya, Srilanka.
Rombongan calon jamaah haji ini merupakan yang pertama, menggunakan pesawat terbang dengan biaya Rp. 546.000,
pada 1 Desember 1974. "Rombongan berangkat menuju Lapangan Udara Angkatan Laut Juanda Surabaya, oleh Panitia Pemberangkatan Jamaah Haji Propinsi Jawa Timur selanjutnya berangkat ke tanah suci menggunakan maskapai Garuda Indonesia pada 4 Desember 1974," paparnya.
Namun dalam pelaksanaannya pihak Garuda Indonesian, menggunakan Pesawat DC 8 Martin Air dari Belanda. Dengan tujuan Jeddah, transit di Colombo, Srilanka. Dengan jumlah total penumpang dan awak pesawat 191 orang, terdiri dari 182 orang calon jamaah haji, sisanya 9 orang awak pesawat. "Dari 182 orang calon jamaah haji, 111 orang berasal dari Kabupaten dan Kota Blitar, sisanya dari Lamongan, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi Tenggara," beber dr Hasyim.
Namun naas pada malam harinya, pesawat menabrak Puncak Tujuh Dara (Saptha Kanya) pegunungan yang diyakini tempat turunnya Nabi Adam ke bumi di wilayah Maskeliya, Srilanka. Seluruh penumpang dinyatakan gugur, serta ditemukan 182 jenazah.
Kemudian secara simbolik dilakukan pemakaman 1 jenazah di belakang Masjid Ampel Surabaya, lainya dimakamkan di bawah Gunung Tujuh Dara di Maskeliya, Srilangka pungkasnya.
Reporter : Arief Sukaputra
Editor : Endang Pergiwati