KEDIRI (Lenteratoday) – Palang Merah Remaja (PMR) SMAN 7 Kota Kediri berhasil menjuarai ajang Vlog Edukasi BKKBN 2021. Bukan tanpa alasan, ada misi yang tersemat dibalik tekad mereka untuk mengikuti perlombaan ini, yakni peran pemuda untuk membuat sebuah pergerakan.
“Disamping untuk mengikuti lomba, kami sebagai generasi muda ingin mengajak teman sebaya kami khususnya, untuk sadar akan bahaya stunting sejak dini dan melakukan pencegahan melalui video vlog yang kami buat,” ungkap Karina Putri Wijaya, salah satu anggota PMR SMAN 7 Kota Kediri, Jumat (4/6/2021).
Karina juga mengatakan bahwa selama proses pembuatan video, ia bersama 4 anggota lainnya berkeinginan mengedukasi para remaja supaya tidak melakukan pernikahan di usia dini. “Pernikahan di usia dini memiliki banyak risiko, salah satunya berpotensi terjadinya stunting, apalagi jika pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan janin yang kurang, dapat memperbesar risiko tersebut,” imbuh siswi yang juga berprestasi dibidang akademis ini.
Benar saja, berawal dari misi mulia tersebut, Karina bersama dengan timnya yang terdiri dari Riski Narendra Adi Nugroho, Fahrudin A. Surya, Nurin Muhanik, Adek Kaifana berhasil menyabet juara pertama dalam gelaran yang diselenggarakan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Tentu hal tersebut menuai kebanggaan tersendiri bagi Elisa Febriana Sari, pembina PMR SMAN 7 Kota Kediri.
“Alhamdulillah senang sekali, saya tidak menyangka dengan persiapan yang mepet tapi justru bisa memberikan hasil yang maksimal, saya sangat terharu dengan perjuangan anak-anak,” ungkap wanita yang juga mengajar mata pelajaran Sejarah di SMAN 7 Kota Kediri ini.
Sementara itu, meskipun Kota Kediri bukan termasuk wilayah rentan stunting, namun bukan berarti tidak ditemukan kasus sama sekali. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri, hingga tahun 2019 kemarin stunting di Kota Kediri berada di angka 10,3 persen. “Rata-rata tersebut masih lebih rendah daripada nasional sebesar 30 persen dan provinsi 27 persen,” ungkap Fauzan Adima, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jumat (4/6/2021).
Meski demikian ia meminta supaya masyarakat kota Kediri terutama para orangtua memperhatikan tumbuh kembang janin, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting.
Dinas Kesehatan Kota Kediri bekerja bersama dengan puskesmas dan sekolah-sekolah bekerja sama untuk melakukan pencegahan terjadinya stunting. “Pencegahan kita lakukan sedini mungkin, sejak usia SMP kita programkan setiap seminggu sekali bagi remaja putri harus meminum tablet penambah darah atau sekitar 53 tablet pertahun, disamping itu asupan nutrisi juga harus diperhatikan,” imbuhnya.
Hal tersebut dilakukan mengingat bahwa salah satu faktor penyumbang terjadinya stunting adalah kondisi anemia yang dialami oleh ibu. “Anemia salah satu penyebab tertinggi terjadinya gizi buruk dan stunting pada anak,” tandasnya.
Menyadari hal itu, Pemkot Kediri gencar mengedukasi para remaja tentang pentingnya hal tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri. “Peran pemuda-pemudi utamanya para remaja ini sangat penting sekali untuk mengampanyekan cegah stunting sejak dini,” ungkap Sumedi, Kepala DP3AP2KB, Jumat (4/6/2021).
“Melalui kelompok Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di sekolah-sekolah dan Karang Taruna kita optimis dapat melakukan edukasi lebih mendalam utamanya kepada para remaja dan pemuda-pemudi, tidak hanya tentang stunting tapi juga risiko dari pernikahan di usia dini,” pungkasnya. (gos)