20 April 2025

Get In Touch

Perkuat Ketahanan Pangan, Menteri Pertanian RI Ajak UB Bentuk Badan Usaha Pertanian Kampus

Perkuat Ketahanan Pangan, Menteri Pertanian RI Ajak UB Bentuk Badan Usaha Pertanian Kampus

MALANG (Lenteratoday) – Perkuat ketahanan pangan lewat pertanian, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo mengajak Universitas Brawijaya (UB) untuk bersama membangun Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK). Hal tersebut disampaikannya saat memberikan kuliah umum terkait Ketahanan Pangan di Indonesia yang bertempat di Gedung Widyaloka, UB, Rabu (2/11/2022).

“Pertanian adalah kekuatan awal untuk memutar roda ekonomi suatu bangsa. Jadi kuatnya pertanian akan menjadi standar kokohnya suatu bangsa. Maka dari itu, perguruan tinggi dan negara ini harus bersatu untuk menentukan masa depan bangsa. Saya akan sangat senang kalau UB membuat Badan Usaha Pertanian Kampus,” ujar Syahrul Yasin Limpo, selaku Menteri Pertanian RI, Rabu (2/11/2022).

Mentan selanjutnya mengatakan bahwa dengan membentuk BUPK, mahasiswa tidak hanya terfokus pada teori semata, melainkan mengetahui praktek langsung dalam bidang pertanian. Diantaranya seperti mengetahui bagaimana awal mengembangkan budidaya hingga membuat market paska panen nantinya.

“Mahasiswa ini nanti mereka dapat langsung praktek lapangan budidaya, belajar tentang bagaimana setelah masa panen selesai, apa yang bisa dilakukan, belajar membuat marketnya. Jadi sambil belajar mereka juga harus mendapat gaji dan membuat penyesuaian serta dapat mengakses KUR dengan bunga yang sangat kecil,” jelasnya.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut selanjutnya mengatakan dengan semangat bahwa akan memberi waktu 1 bulan untuk dilakukannya riset oleh Rektor terkait dengan kerjasama BUPK tersebut.

“Kalau Rektor setuju, kami juga akan membantu dalam terciptanya MoU nanti. UB mau menanam apa? Kita bisa langsung membuat 300 hektar untuk BUPK. Kita butuh pertanian ini, pemerintah butuh berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan memberdayakan mahasiswanya. Jagung, padi, itu dibutuhkan oleh dunia. Maka kita harus memanfaatkan potensi yang ada,” paparnya.

Sebelumnya, disebutkan oleh alumni Universitas Hasanuddin tersebut, pertanian Indonesia tidak hanya seputar padi dan jagung. Akan tetapi terdapat komoditi lain seperti gandum, sorgum, dan porang yang semuanya sangat melimpah ruah dan harus dimanfaatkan oleh SDM yang baik, khususnya mahasiswa UB.

“Kalau begitu ini saatnya kita memperbaiki cara pandang kita terhadap Indonesia dan pertanian. Selain padi dan jagung, kita banyak menghasilkan makanan pokok lain, sagu, sorgum, porang. Semuanya sudah ada, tidak perlu kita impor lagi. Negara ini punya kekayaan alam paling bagus, saya titipkan pada pemuda pemudi khususnya mahasiswa UB,” serunya.

Dengan SDM yang lebih serius dan fokus, bersemangat serta bertekad untuk mengembangkan pertanian dan sektor pangan. Yasin yakin bahwa tanggungjawab masa depan Indonesia yang bertumpu pada pemuda pemudi akan dapat dikendalikan dengan bersama-sama.

“Mahasiswa harus jauh lebih hebat, punya potensi di bidang pertanian yang lebih baik. Gadget mu, bagaimana kamu sekalian memaintance penggunaan smartphone, itu menentukan marketmu,” pungkasnya.

Terpisah, menanggapi terbukanya kesempatan kerjasama yang diberikan oleh Mentan. Rektor UB, Prof. Widodo, M.Si, Ph.D, Med.Sc., menyambut dengan baik dan mengaku akan segera melakukan proses agar tercipta kerjasama BUPK yang dapat meningkatkan swasembada pertanian.

“Yang diinginkan dari kolaborasi antara pemerintah dengan perguruan tinggi, selain untuk meningkatkan swasembada kita, juga untuk meningkatkan taraf hidup dari petani. Dan juga mendekatkan perguruan tinggi melalui proses relevansi pendidikan sehingga mahasiswa bisa langsung berpraktek untuk melakukan kerja di bidang pertanian, tata kelola pertanian termasuk didalamnya perdagangan, tidak hanya belajar secara teori,” ujar Prof. Widodo.

Ketika disinggung mengenai diberikannya waktu selama 1 bulan untuk proses riset dan realisasi BUPK, Prof. Widodo juga menyatakan kesiapan untuk menyambut program yang juga dirasa sangat relevan dengan program Kementerian Ristekdikti, MBKM.

“Bisa (satu bulan) karena praktisnya sudah kita aktifkan cuma belum kita elaborasi dalam sebuah kerjasama secara tertulis dan formal,” tandasnya.

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Endang Pergiwati

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.