
JAKARTA (Lenteratoday)- Sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J alias Nofriansyah Yosua Hutabarat menguak berbagai fakta baru. Eks Karo Provos Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, Benny Ali menceritakan hasil pemeriksaan Putri Candrawathi di rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling, Jakarta Selatan, tak lama setelah Brigadir Yosua tewas.Kepada Benny, Putri sambil menangis bercerita bahwa Yosua sempat memegang pahanya.
“Jadi waktu itu Ibu Putri nangis-nangis saya tanya, maaf Bu kira-kira apa yang terjadi?, jadi beliau (Putri Candrawathi) menyampaikan bahwa saat itu beliau baru pulang dari Magelang, pakai celana pendek, istirahat di rumah Duren Tiga,” kata Benny di depan majelis hakim PN Jaksel, Selasa (6/12/2022).
Saat itu, Putri bercerita sambil menangis. Karena tidak sanggup bercerita lagi, Ferdy Sambo pun ikut memberikan kesaksian kepada Benny.“Abis itu Pak Ferdy Sambo menambahkan, bercerita lagi abis itu saya tanya lagi (ke Putri) gimana ceritanya? si Almarhum Yosua itu melaksanakan pelecehan sehingga Beliau [Putri] berteriak, selanjutnya almarhum itu keluar [dari kamar Putri],” lanjut Benny.
“Apa yang diceritakan tentang pelecehan itu?,” tanya Hakim.
“Dipegang-pegang,” jawab Benny.
“Paha?” tanya Hakim lagi.
“Iya,” aku Benny.
Dikatakannya, cerita tersebut bermula saat Benny dan tim dari Propam Polri tiba di Rumah dinas Sambo di Duren Tiga. Saat itu, ia bertemu dengan Sambo dan dapat cerita bahwa telah terjadi pelecehan terhadap istrinya sehingga berujung tembak menembak.Yosua tewas dalam insiden tembak menembak tersebut dengan Richard Eliezer yang mendengar teriakan Putri di Duren Tiga. Saat di Duren Tiga itu, Benny mengaku juga bertemu dengan Eliezer dan sempat menanyakan peristiwa apa yang sebenarnya terjadi.
"Kebetulan ada Richard, begitu dilihat saya sama Pak Santo (Eks Kabag Gakkum Provost Divpropam Polri, Susanto Haris) senjatanya masih ada di pinggang, 'Hei, Richard itu senjatamu?', '[dijawab] iya'. [Lalu] Diserahkan di meja, selanjutnya diterima ke Pak Santo, dikeluarkan magazine, dikeluarkan surat," kata Benny diawal sidang.
"Saya tanya ini kejadiannya gimana, 'saya lagi di atas Pak sama Kuat', gimana ceritanya? 'saya dengar teriakan saya turun ternyata Yosua keluar, ditanya ada apa bang? langsung nembak', akhirnya terjadi tembak menembak," cerita Benny yang bersaksi untuk terdakwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terkait pembunuhan Yosua.
Benny bercerita, ada sosok Kuat dan Ricky saat baku tembak terjadi. Dari pengakuan Kuat, dia mengaku berada di lantai atas dan langsung tiarap saat peristiwa terjadi. Begitu juga Ricky Rizal yang hanya berani mengintip saja. Saat itu, kata Benny, ketiganya lancar saat ditanyai soal peristiwa yang terjadi.
Benny juga kemudian bertanya ulang kepada Sambo bagaimana peristiwa itu bisa terjadi. "Dia ceritakan begitu adanya dugaan pelecehan sehingga terjadi tembak menembak yang mengakibatkan Yosua meninggal," kata Benny.
Setelah itu, Benny pun menanyakan di mana Putri berada. Putri ternyata sudah dibawa ke rumah Saguling yang tak jauh dari Duren Tiga. Benny bersama Susanto Haris pun pergi menemui Putri. Saat itulah, ia mendapatkan keterangan soal pelecehan seksual oleh Yosua langsung dari Putri."Terus?" tanya Hakim.
"Yang saya sampaikan itu, karena setiap kita nanya nangis, setiap kita nanya nangis," ucap Benny.
"Selesai itu kayaknya infonya sudah dapat sudah cukup, saya kembali ke TKP, jadi berdasarkan beberapa keterangan saksi keterangan Ferdy Sambo termasuk keterangan beberapa anggota di sana dapat disimpulkan, tapi sementara, dikuatkan keterangan Bu Putri Candrawathi, terjadi pelecehan di kediaman Kadiv Propam," pungkas Benny.
Kesaksian yang disampaikan oleh Benny itu, masih berdasarkan skenario Sambo di mana terjadi pelecehan seksual di Rumah Dinasnya di Duren Tiga yang dilakukan oleh Yosua terhadap Putri. Tembak menembak itu terjadi saat Sambo tak ada di rumah Duren Tiga.
Namun belakangan, skenario itu terungkap dari rekaman CCTV Yosua masih hidup sebelum Sambo masuk ke rumah. Hal tersebut menandakan Yosua tewas setelah Sambo masuk ke dalam rumah, berbeda dengan skenario yang pertama disampaikan.
Skenario tersebut juga dimentahkan dengan dakwaan jaksa. Dalam dakwaannya, Jaksa menyebut ribut-ribut antara Yosua dengan Kuat Ma'ruf (Sopir Sambo) terjadi di Magelang, dipicu akibat apa yang dilakukan oleh Yosua terhadap Putri. Dalam eksepsi Sambo dan Putri lah, terungkap bahwa dugaan pelecehan terjadi di Magelang bukan di Duren Tiga.
Pada 7 Juli 2022, Putri disebut dilecehkan oleh Yosua di Magelang. Cerita itu terdengar ke telinga Sambo. Sambo pun naik pitam hingga akhirnya menghabisi nyawa Yosua dengan memerintahkan Eliezer untuk mengeksekusinya di Duren Tiga pada 8 Juli 2022.(*)
Reporter:wid,rls,ist | Editor:widyawati