
MALANG (Lenteratoday) –Melalui pelatihan bertajuk Makanan untuk ASI Booster, konsultan gizi Puskesmas Arjuno, Kota Malang, Hani Febriyanti, A.Md. Gizi, menyampaikan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi mulai dari usia 0 hingga 24 bulan. Menurut Hani, ASI menyimpan banyak keunggulan yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi, yang tidak diperoleh dari makanan ataupun minuman lain.
“Jadi, ASI itu banyak keunggulannya. Salah satu yang utama itu kolostrum. Jadi itu antibody yang tidak bisa atau bahkan tidak diperoleh dari makanan lain kecuali dari ASI. Kalo sudah bicara antibody itu pasti berdampak kepada bayinya sehat, ya,” ujar Nutritionist Puskesmas Dinoyo, Hani Febriyanti, A.Md. Gizi, ditemui usai acara, Jum’at (27/1/2023).
Hani kemudian menambahkan, manfaat kedua dari ASI eksklusif, yakni meminimalisir resiko diare dan sakit terhadap sang bayi. Selain itu, dari segi kemudahan, pemberian ASI eksklusif juga dikatakannya lebih efektif dibanding dengan pemberian ASI melalui botol.
“Yang ketiga akses kemudahan. Kalau kita pakai botol. Itu kan harus ada penanganan khusus. Misalnya harus di steril, alatnya ganti, kemudian kalau kita mau kemana-mana juga lebih ribet. Belum tentu juga bersih dari pengolahan atau dari proses pembuatan. Misalnya dia harus habiskan susu dalam waktu 2 jam. Kalau ada sisa otomatis harus dibuang, tidak ekonomis juga. Tapi kalau ASI kan lebih murah, bersih, steril, dan sehat,” paparnya.
Dalam kegiatan yang diusung oleh Badan Pusat Latihan Perhotelan (BPLP) Brawijaya Malang ini, Hani menghimbau agar para ibu yang saat ini sedang mengASIhi, untuk dapat semaksimal mungkin memberikan ASI kepada si bayi. Sehingga, penting baginya agar si Ibu juga turut menjaga kesehatan saat menyusui bayi.
“Kemudian ibunya juga harus sehat, karena ketika ibunya sehat. Otomatis pemberian ASI juga bisa maksimal. Kemudian berikan MPASI yang tepat mulai usia 6 bulan sampai 2 tahun. Yaitu dengan proporsi protein hewani yang utama. Karbohidrat, protein hewani, kemudian dari sayur buah cukup,” jelasnya.
Lebih lanjut, kelancaran ASI juga dikatakan oleh Hani, dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi si Ibu, faktor stres, serta dukungan orang-orang sekitarnya. “Protein hewani nya jangan lupa. Karena tren di akhir ini protein hewani cenderung kurang. Kemudian pilihlah jajanan yang sehat, jangan yang tinggi pengawet yang menyebabkan bayi sakit. Karena kalo bayi ini sakit pasti ada penurunan berat badan,” tandasnya.
Terpisah, Operation Manager BPLP, Mira Suhartanti mengatakan, selain sebagai lembaga pelatihan perhotelan. BPLP juga dikatakannya ingin terlibat langsung dalam melatih dan memberikan edukasi kepada para ibu muda terkait dengan pentingnya ASI eksklusif.
“Karena kami dari BPLP misinya adalah pelatihan, kemudian apa yang bisa kami edukasi untuk masyarakat, kami coba sharing disitu. Jadi kami juga tidak menutup kemungkinan apa yang bisa disharing kepada masyarakat dan menjadi pengetahuan baru. Maka itu akan kami lakukan,” terang Mira.
Ketika disinggung mengenai sasaran peserta pelatihan. Mira mengatakan bahwa para ibu milenial cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk dapat memantau kebutuhan anak-anaknya. Oleh karena itu, pihaknya berharap dengan adanya pelatihan dan berbagi edukasi seperti saat ini, para ibu bisa memperoleh ilmu baru terkait dengan proses menyusui.
“Jadi, di jaman sekarang dengan pelatihan seperti ini mungkin ibu-ibu muda yang mengASIhi jadi lebih bisa teredukasi, bagaimana cara menyusui yang baik, pola makannya bagaimana, hingga bagaimana gizi dalam makanan yang bagus untuk dikonsumsi selama menyusui. Karena kan dengan asi yang bagus, akumulatifnya adalah bisa menciptakan generasi yang cerdas dan berkualitas,” tandasnya.
Reporter: Santi Wahyu|Editor: Arifin BH