
MADIUN (Lenteratoday) - Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB (Dinkes-PPKB) Kota Madiun menemukan adanya tiga orang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang positif terinfeksi virus HIV/AIDS. Penemuan itu merupakan hasil dari "mobile voluntary counselling and testing" (VCT) dan pos pembinaan terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) di lembaga pemasyarakatan wilayah setempat.
Mereka yang positif tersebut akan diberikan akses untuk mendapatkan pengobatan. Dinkes juga akan bekerja sama dengan klinik kesehatan lapas untuk memberikan obat antiretroviral (ARV) yang wajib diminum seumur hidup oleh yang bersangkutan.
"Untuk HIV ini tidak serta merta menular melalui udara seperti halnya TBC. Jadi warga binaan yang positif HIV tetap bisa tinggal dengan warga binaan lain tetapi kita berikan pembinaan khusus," katan Subkoordinator Pengelolaan Pelayanan Penyakit Menular dan Tidak Menular Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan KB Kota Madiun Tri Wahyuning Novitasari, dikutip dari antara, Sabtu (11/2/2023).
Dia menandaskan selain untuk mencegah penularan HIV/AIDS, kegiatan mobile VCT tersebut juga untuk memeriksa kesehatan WBP yang masuk dalam kelompok risiko tinggi. "Kegiatan ini sudah dilakukan sejak Januari dan terus secara bertahap. Kemarin kami sudah lakukan di Lapas Kelas I Madiun, saat ini kami gelar di Lapas Pemuda Kelas II A Madiun," ujar Vita, sapaan akrab Tri Wahyuning Novitasari.
Menurut dia, WBP merupakan salah satu populasi kunci standar pelayanan minimal program HIV. Karenanya, WBP wajib dilakukan tes HIV minimal sekali dalam setahun.
Di Lapas Kelas I Madiun setidaknya sudah dilakukan pemeriksaan kepada 750 WBP. Sedangkan di Lapas Pemuda Kelas IIA Madiun baru berjalan tiga kali pemeriksaan dengan sasaran sebanyak 500 WBP. Ia menyebut pemeriksaan memang dilakukan bertahap dengan rata-rata 200 WBP dalam sehari.
"Jadi memang kami jadwalkan minimal seminggu sekali ada pemeriksaan sampai semua WBP tuntas dilakukan pemeriksaan," kata dia.
Vita menambahkan kegiatan VCT tersebut rutin digelar Dinas Kesehatan Kota Madiun setiap tahun. Tidak hanya kepada WBP di lapas tetapi juga kepada populasi berisiko tinggi lainnya seperti, waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL), wanita pekerja seksual (WPS), pengguna Napza suntik (penasun), dan lainnya. (*)
Sumber : Antara | Editor : Lutfiyu Handi