21 April 2025

Get In Touch

Warga Binaan Lapas Perempuan Malang Banjir Orderan Kue Kering

Plt Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Lilik Sulistyowati, saat menunjukkan contoh paket kue kering hasil produksi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Malang.
Plt Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Lilik Sulistyowati, saat menunjukkan contoh paket kue kering hasil produksi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Malang.

MALANG (Lenteratoday) – Jelang hari raya Idul Fitri 1444 Hijriah warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) perempuan kelas IIA Malang kebanjiran pesanan kue kering.

“Jelang lebaran ini alhamdulillah ramai pesanan (kue kering) nya. Untuk pesanan ada dari luar. Selain itu, pegawai disini juga diwajibkan untuk membeli produk warga binaan kami, kalau pemasarannya secara online,” ujar Plt Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Lilik Sulistyowati, saat dikonfirmasi oleh awak media, Jumat (7/4/2023).

Perempuan yang akrab dengan sapaan Lilik ini menambahkan, produk yang diberi nama D’Lapang tersebut, memiliki 5 varian kue kering. Namun, dikatakannya, jenis produk juga dapat disesuaikan dengan permintaan pembeli. Hingga saat ini, Lilik menyebutkan, sebanyak 130 paket pesanan kue kering telah masuk pada warga binaannya.

“Sejauh ini pesanan dari pegawai saja sudah 100 paket, yang dari luar ada sekitar 30 paket. Itu dikerjakan oleh warga binaan yang mempunyai bakat dan kemampuan untuk membuat kue, tidak seluruhnya, karena kan sebelumnya mereka ada pelatihan,” jelasnya.

Lilik menjelaskan, pesanan paling banyak datang dari pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Malang. Sementara untuk harga per paket Rp 260 ribu yang berisi 2 toples kue kering, sedangkan untuk paket berisi 3 toples, dibanderol seharga Rp 315 ribu.

“Kalau paling banyak itu pesanan dari Ibu-ibu Dukcapil, karena kita ada kerjasama jadi banyak yang membeli disini. Paketnya ada yang isi 2 itu Rp 260 ribu, yang isi 3 Rp 315 ribu. Yang nastar sama putri salju, itu best seller disini,” imbuhnya.

Masih menurut Lilik, hasil dari penjualan tersebut nantinya akan diputar kembali untuk keperluan modal. Selain itu, sebagian keuntungan yang didapat juga akan disetorkan pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta sebagian lain disisihkan untuk apresiasi warga binaan lapas dalam bentuk pemberian premi atau upah.

“Nah kalau untuk memasak, disini juga sudah disediakan dapur dengan fasilitas yang cukup lengkap, ada oven dan sebagainya,” terang Lilik.

Lebih lanjut, Lilik juga menyampaikan bahwa proses pembuatan kue kering dilakukan seusai narapidana menjalankan kegiatan keagamaan di bulan suci Ramadan. Kedepannya, Lilik mengaku pembuatan kue kering akan terus dilakukan seiring dengan pesanan yang masih berdatangan.

“Waktu produksinya jadi setelah pondok pesantren, itu mereka bikin kue sampai jam 3 sore. Ini kami terus produksi, tidak pernah berhenti meskipun nanti setelah lebaran. Karena insyaallah banyak yang masih pesan. Ini rutin buatnya, bahkan warga binaan yang mampu pun juga bisa membeli, meskipun tidak pakai uang cash,” ungkapnya.

Disisi lain, seperti yang telah disebutkan diawal, 425 warga binaan lapas perempuan kelas IIA Malang tersebut, merupakan seorang muslim yang rutin mengikuti kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan ini, diantaranya mulai dari tadarus, ceramah keagamaan, hingga salat tarawih berjamaah.

“Jadi dari total 461, yang 425 itu beragama islam. Mereka rutin ada pengajian, ceramah keagamaan, tadarusan, sampai tarawih juga. Yang beragama lain juga ada kegiatan keagamaan sesuai dengan keyakinannya,” tandasnya. (*)

Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.