20 April 2025

Get In Touch

Hingga Tahap II Berakhir, PSBB Surabaya Dinilai Belum Berhasil

Hingga Tahap II Berakhir, PSBB Surabaya Dinilai Belum Berhasil

Surabaya-Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya berakhir hari ini, Senin (25/5). Masih terus mendakinya kasus positif Covid-19, membuat PSBB Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik diperpanjang sampai dengan 9 Juni 2020.

Sayangnya, meski sudah dua tahap berlalu ( 28 hari) diterapkan, PSBB di Surabaya Raya dinilai masih jauh dari kata berhasil. Pakar Komunikasi Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo menilai gagalnya PSBB hingga kini akibat sejumlah faktor.

Faktor itu menurut Suko antara lain, penerapan PSBB sangat longgar dan tidak ada konsep penyiapan warga. Kemudian, tidak ada konsep komunikasi preventif yang efektif. Selanjutnya kurang maksimal penyiapan fasilitas kesehatan.

Suko menuturkan, praktik PSBB dan protokol kesehatan belum diterapkan secara disiplin sesuai ketentuan sehingga banyak perilaku sosial yang tidak mendukung penerapan PSBB.

"Masyarakat tak pernah disiapkan, dilibatkan masimal dalam penyelenggaraan PSBB. Mereka, sebagian besar hanya sebagai sasaran program saja. Selama ini warga hanya dianjurkan untuk di rumah saja. Dampak kejenuhan tak pernah diperhitungkan,” kata dia, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (25/5/2020).

Ia mengatakan, jika diperhitungkan, tidak diberikan solusi. Sejauh ini diminta dengan komunikasi daring/ online. Ia menilai, padahal ini juga sesuatu “new normal” – yang tidak mudah dilakukan, utamanya untuk generasi tua.

"Bukan hanya soal kemampuan mempelajari teknologinya, tetapi fasilitasnya pun belum tentu semua warga memiliki. Lihat sejumlah kasus: kesulitan ortu membimbing putranya mengerjakan PR dari sekolah,” kata dia.

Selain itu, ia menambahkan, komunikasi public sebagai “kendali” melaksanakan PSBB dan protokol kesehatan melahirkan banyak distorsi informasi.

"Tidak juga disiapkan manajemen edukasi dan konsultatif, sehingga banyak terjadi penolkan (reject) atas pesan yang disampaikan ke warga. Fasiltas komunikasi publik hanya bertumpu pada online – yang belum semuanya (terutama orang tua) akrab dengan pola komunikasi online,” kata dia.

Suko mengatakan, fasilitas kesehatan yang disediakan belum mampu menampung secara ideal untuk merawat pasien COVID-19 dalam jumlah banyak. “Melihat laju penambahan orang terpapar, maka RS yang tersedia bakal tak mampu menampungnya,” tutur dia.

Oleh karena itu, ia merekomendasikan untuk menerapkan PSBB secara disiplin dengan melibatkan tenaga relawan terlatih antara lain Pramuka dan PMR. Selain itu, melibatkan aktivis masyarakat untuk diturunkan ke masyarakat.

"Berikan latihan singkat dan massif kepada para Tim Pendamping (kalangan relawan). Tugaskan mereka untuk memberikan edukasi dan konsultasi melakukan penerapan protokol kesehatan secara optimal,” ujar dia.

Kemudian menyelenggarakan manajemen komunikasi publik yang efektif. Suko mengatakan, untuk melibatkan industri media dengan radio, televisi, koran, dan online untuk menjadi komunikator pencegahan COVID-19.

"Buat arus informasi mengalir massif ke masyarakat dengan isi panduan pesan bersama , sampai mereka menerima dan memahami serta melakukannya. Desain informasi, dan penyelenggaraan komunikasi harus terkonsep. Berikan dana memadai untuk kegiatan komunikasi kesehatan (selaras konsep promotif preventif – yang selama ini tidak berjalan dengan baik,” kata dia.

Selain itu, segera bangun sarana kesehatan. Hal itu mulai dari sarana kebersihan umum, rumah sakit, dan fasilitas sejenisnya. Ini termasuk tenaga medis yang memadai. Segera memanfaatkan ruang-ruang gedung tertentu untuk rumah sakit darurat.

"Pemerintah tak perlu sungkan untuk meminta bantuan kepada kalangan media, akademisi, aktivis sosial untuk terlibat dalam menjalankan PSBB maupun protokol kesehatan. Hanya dengan keserentakkan tindakan yang didukung semua elemen, maka kebijakan PSBB dan anjuran protokol kesehatan dapat berhasil,” ujar dia.

Belum Aman
Terpisah, Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dr Windhu Purnomo menilai saat ini belum aman untuk melakukan pelonggaran aktivitas di Surabaya Raya mengingat kasus Covid-19 yang masih bertambah.

Sebab kurva epidemiologi Covid-19 masih naik. Selain itu, ia menyebutkan kurva prediksi Covid-19 juga masih mengalami kenaikan dan ia memprediksi baru akan mencapai puncaknya dalam beberapa hari kedepan.

"Tapi itu juga masih tergantung. Pada hari raya kemarin nyatanya kan masih banyak banget (pergerakkan). Masih ada yang takbiran, salat jamaah, ujung-ujung (halal bihalal). Jadi bisa lebih meningkat lagi, sebelum ada pergerakan yang luar biasa itu saja masih meningkat," kata Windhu, Senin (25/5/2020).

"Tim kami tidak memberi rekomendasi apa-apa. Kami hanya menyampaikan kondisinya, ini masih beresiko tinggi," lanjutnya.

Jika terjadi pelonggaran aktivitas, Windhu khawatir puncak Pandemi Covid-19 di Jawa Timur akan mundur semakin lama sehingga angkanya akan terus meningkat.

"Atau nanti mungkin akan muncul yang kita sebut second wave atau gelombang kedua dan seterusnya," kata Windhu.(ist)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.