21 April 2025

Get In Touch

Berbeda Dengan Hasil Tracing, Pemkot Surabaya Pertanyakan Data Corona Pemprov Jatim

Berbeda Dengan Hasil Tracing, Pemkot Surabaya Pertanyakan Data Corona Pemprov Jatim

Surabaya –Penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia dalam 24 jam, Kamis (18/6) mencatatkan jumlah tertinggi yakni 1.331 kasus. Jawa Timur (Jatim) menjadi provinsi penyumbang kasus terbanyak yakni 384 kasus.
Di saat kondisi wilayah masih ‘merah pekat’, adu argument kembali mencuat antara Pemkot Surabaya dengan Pemprov Jatim. Pemkot meragukan validitas data kasus confirm yang diklaim oleh Pemprov Jawa Timur. Kekeliruan data tersebut bahkan diklaim hingga separuh atau menyentuh angka 50 persen lebih.
“Jadi pernah saya dapat angka 280 confirm dari provinsi, itu setelah kita teliti ternyata hanya 100. Setelah kita cek lihat (lapangan) ternyata (sisanya) itu bukan orang Surabaya. Sudah ditelusuri oleh Puskesmas orangnya tidak ada di tempat (alamat) itu,” kata Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita alias Feny dikutip Kamis (18/6).
Ia menyatakan, beberapa hari terakhir data confirm Covid-19 warga Surabaya yang diterimanya dari Gugus Tugas Provinsi Jatim setelah di tracing ternyata tidak sesuai fakta di lapangan. Misalnya, pada tanggal 14 Juni 2020, data yang diterima sebanyak 180 kasus confirm warga Surabaya, namun setelah dicek di lapangan hanya 80 orang. Kemudian, pada tanggal 15 Juni 2020, data confirm yang diterima 280 orang, dan setelah dicek hanya 100. Lalu pada tanggal 16 Juni 2020, pihaknya menerima data 149 kasus terkonfirmasi warga Surabaya dan setelah dicek ternyata hanya ada 64 orang.
“Kita lakukan pengecekan. Begitu kita dapat data dari provinsi, puskesmas akan mencari apakah benar orangnya ada di situ, apakah benar orang itu tinggal di situ, apakah benar alamat itu ada,” katanya.
Menurut dia, adanya perbedaan data antara Gugus Tugas Provinsi Jatim dan kota karena ada nama maupun alamat yang ganda. Bahkan, ada pula data yang setelah di-tracing ternyata orang itu sudah tidak tinggal atau domisili di Surabaya, meski masih menggunakan KTP Surabaya. Ketidaksinkronan data ini persentasenya diklaim bisa mencapai di atas 50 persen.
Dia berharap Gugus Tugas Jatim melakukan verifikasi dan validitas data pasien dengan cermat sebelum data konfirmasi positif warga Surabaya disampaikan ke publik. (Ard)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.