09 April 2025

Get In Touch

Israel Ancam Serang Rafah Bulan Depan

Warga Palestina yang melarikan diri dari rumah mereka karena serangan Israel mencari tempat berlindung di dekat perbatasan dengan Mesir, di Rafah di Jalur Gaza selatan (07/01/2024). (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)
Warga Palestina yang melarikan diri dari rumah mereka karena serangan Israel mencari tempat berlindung di dekat perbatasan dengan Mesir, di Rafah di Jalur Gaza selatan (07/01/2024). (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa)

YERUSALEM (Lenteratoday) – Anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz, menyatakan bahwa Israel akan melancarkan serangan terhadap Rafah bulan depan. Ancaman tersebut muncul karena Hamas belum membebaskan sandera yang masih ditahan di Gaza hingga awal bulan Ramadhan.

"Dunia harus tahu, dan para pemimpin Hamas harus tahu - jika pada bulan Ramadhan para sandera kami tidak pulang, pertempuran akan terus berlanjut di mana-mana, termasuk di wilayah Rafah," kata Gantz, seorang purnawirawan kepala staf militer, dalam sebuah konferensi para pemimpin Yahudi Amerika Serikat di Yerusalem, Minggu (18/02/2024).

Gantz menyatakan bahwa serangan akan dilakukan dengan koordinasi dan melalui dialog dengan pihak Amerika dan Mesir untuk membantu dalam proses evakuasi serta "mengurangi jumlah korban sipil sebanyak mungkin".

Namun, belum ada kejelasan mengenai lokasi yang aman bagi warga sipil di Jalur Gaza yang terkepung untuk melakukan pemindahan dengan aman.

Pemerintah Israel sebelumnya tidak menentukan tenggat waktu untuk serangan yang direncanakan terhadap kota yang menjadi tempat pengungsian dari 1,7 juta warga Palestina tersebut.

Pemerintah internasional dan organisasi bantuan telah secara berulang kali mendesak Israel untuk menahan diri dari menyerang Rafah, kota terakhir yang belum diserbu oleh pasukan darat di Gaza, karena kekhawatiran akan korban jiwa. Seruan ini terjadi dalam konteks perang yang telah berlangsung selama empat bulan ini.

Meskipun terjadi peningkatan tekanan internasional, termasuk seruan langsung dari Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa perang tidak dapat diselesaikan tanpa menekan Rafah. Netanyahu menegaskan posisi Israel sebagai korban serangan 7 Oktober dalam menghadapi konflik yang terus berlanjut.

Berbicara pada konferensi Yerusalem yang sama pada hari Minggu, Netanyahu menyatakan sumpahnya "untuk menyelesaikan pekerjaan untuk mendapatkan kemenangan total" atas Hamas, dengan atau tanpa kesepakatan sandera.

AS, sekutu utama dan pendukung militer Israel, telah mendorong gencatan senjata selama enam minggu terakhir. Ini diusulkan dengan imbalan atas pembebasan sekitar 130 sandera yang diyakini Israel masih ditahan di Gaza, termasuk sekitar 30 orang yang diduga telah tewas.

Israel mengatakan bahwa mereka yakin banyak dari para sandera tersebut, dan juga para pemimpin Hamas, bersembunyi di Rafah. Para militan Hamas menyandera sekitar 250 orang dalam serangan 7 Oktober yang memicu konflik tersebut.

Operasi militer Israel telah menewaskan sedikitnya 28.858 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan wilayah Gaza. (*)

Sumber: AFP
Penerjemah: Aria (mk) | Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.