
SURABAYA (Lenteratoday) - Pada akhir Januari 2024 lalu, sebuah studi di JAMA Network Open, mengungkapkan bahwa orang obesitas yang kesepian memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Menurut studi ini, orang obesitas yang tidak merasa kesepian atau terisolasi secara sosial memiliki risiko kematian 36 persen lebih rendah dibandingkan orang obesitas yang kesepian atau terisolasi secara sosial.
Menanggapi hal itu, Prof Dr Nurul Hartini S Psi M Kes Psikolog, menjelaskan bahwa sangat mungkin benar kematian pada orang obesitas dapat terjadi karena kesepian.
Namun, hal ini bisa terjadi dengan dua asumsi yakni kesepian yang menyebabkan obesitas hingga kematian, ataukah obesitas yang menciptakan kesepian hingga pada kematian.
“Bisa jadi seseorang mengurung diri sehingga ia menjadi kesepian dan dari kesepian ini menimbulkan tindakan-tindakan yang memperparah kondisi tubuhnya misalnya tidak bisa mengontrol berat badan. Atau dapat pula orang dengan obesitas menerima stigma masyarakat bahwa dirinya tidak sesuai standar kecantikan atau hal negatif lain kemudian tidak bisa beradaptasi, mengurung diri dan merasa kesepian kemudian meningkatkan aktivitas negatif lainnya,” jelasnya, Senin (19/02/2024).
Pakar psikologi Unair ini mengungkapkan, jika obesitas memiliki dampak pada metabolisme tubuh. Secara hormonal tubuh, obesitas dapat menyebabkan penyakit lain dalam tubuh.
"Sehingga bisa saja bukan karena kesepian atau obesitasnya, tetapi karena tubuhnya telah obesitas dan diperparah dengan mental illness yang kemudian memberi dampak sistem hormonal tubuh hingga menyebabkan munculnya penyakit penyerta lain," ungkapnya.
Menurut Prof Nurul, kesepian menyebabkan kematian pada obesitas merupakan satu dari sekian faktor. Secara psikologis, obesitas dapat terjadi bermula dari kondisi stres.
Sebagian orang dapat mengontrol stres dengan tindakan positif seperti melakukan aktivitas olahraga, namun sebagian orang justru menanggapi stres dengan melakukan tindakan negatif.
“Tindakan negatif ini seperti individu yang tidak mampu menjaga pola makan. Kemudian memicu berat badan berlebih hingga menyebabkan obesitas. Setelah terjadi kenaikan berat badan, terjadi kesulitan untuk menurunkannya. Padahal, individu tersebut memiliki body image yang berbeda bahwa obesitas merupakan sesuatu yang tidak bagus atau tidak cantik," tuturnya.
Hal ini kemudian memunculkan double stress yakni suatu kondisi yang berawal stres dari eksternal tetapi ditambah menjadi stress internal.
Menurut Prof Nurul, kondisi stres internal ini terjadi karena ia tidak mencintai diri sendiri akibat kondisi tubuhnya. Pada akhirnya, seseorang dengan obesitas membatasi dan menjauhkan diri dari khalayak atau merasa ditinggalkan oleh lingkungan.
“Ada perasaan sendiri. Coping negatif bermunculan seperti tidak percaya diri karena tidak mampu menciptakan self esteem yang positif sehingga memperparah kondisi,” tukasnya. (*)
Reporter: Amanah Nur Asiah (mg) | Editor : Lutfiyu Handi