
KAIRO (Lenteratoday) – Pemantau kelaparan global mengungkapkan bahwa kekurangan pangan yang ekstrim di beberapa bagian Jalur Gaza telah melampaui tingkat kelaparan, Senin (19/3/2024). Mereka memperingatkan bahwa tanpa gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan makanan, kematian massal di daerah-daerah pertempuran akan terjadi.
Menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang digunakan oleh badan-badan PBB sebagai acuan, sekitar 70% penduduk di beberapa bagian utara Gaza mengalami kekurangan pangan yang sangat parah, dikutip dari Reuters, Selasa (19/3/2024).
Angka tersebut melebihi tiga kali lipat ambang batas sebesar 20% yang menandakan kondisi kelaparan.
IPC menyatakan bahwa mereka kekurangan data yang memadai tentang tingkat kematian, tetapi mereka memperkirakan bahwa penduduk di beberapa daerah dapat segera menghadapi bencana kelaparan.
Bencana kelaparan didefinisikan sebagai dua dari setiap 10.000 orang meninggal setiap hari karena kelaparan, kekurangan gizi, dan penyakit terkait.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 27 anak dan tiga orang dewasa telah meninggal sejauh ini karena kekurangan gizi.
"Tindakan yang diperlukan untuk mencegah kelaparan membutuhkan keputusan politik segera untuk gencatan senjata bersama dengan peningkatan yang signifikan dan segera dalam akses kemanusiaan dan komersial untuk seluruh penduduk Gaza," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
"Di Gaza, kini mereka tidak lagi berada di ambang bencana kelaparan. Mereka sudah berada dalam kondisi bencana kelaparan… Kelaparan digunakan sebagai senjata perang. Israel memprovokasi terjadinya bencana kelaparan," ujar kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, dalam sebuah konferensi di Brussel mengenai bantuan untuk Gaza.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memberikan tanggapannya terhadap pernyataan Borrell dengan menyatakan bahwa Borrell seharusnya "berhenti mengkritik Israel dan mengakui hak kami untuk melakukan pembelaan diri terhadap tindakan kriminal Hamas".
Katz menyatakan bahwa Israel telah memberikan "bantuan kemanusiaan yang luas ke Gaza melalui jalur darat, udara, dan laut kepada siapa pun yang bersedia membantu".
Ia juga menambahkan bahwa bantuan tersebut telah menghadapi hambatan yang signifikan dari kelompok militan Hamas yang dituduh "berkolaborasi" dengan badan bantuan PBB, UNRWA.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut laporan IPC sebagai "dakwaan yang mengerikan" dan mengatakan bahwa Israel harus mengizinkan akses penuh dan tanpa batas ke seluruh wilayah Gaza.
Israel, yang sebelumnya hanya mengizinkan bantuan masuk ke Gaza melalui dua pos pemeriksaan di tepi selatan daerah tersebut, mengumumkan bahwa mereka akan membuka lebih banyak rute melalui jalur darat.
Selain itu, Israel juga mengizinkan pengiriman bantuan melalui laut dan udara. Kapal pertama yang membawa bantuan telah tiba pekan lalu.
Badan-badan bantuan menyatakan bahwa mereka masih menghadapi kesulitan dalam memasukkan pasokan yang mencukupi atau mendistribusikannya dengan aman, terutama di wilayah utara. (*)
Sumber: Reuters
Penerjemah: Aria (mk) | Editor : Lutfiyu Handi