
NEW YORK (Lenteratoday) -Setelah lebih dari lima bulan perang, Dewan Keamanan PBB untuk kali pertama pada Senin (25/3/2024) menuntut gencatan senjata segera di Gaza.
Itu terjadi setelah Amerika Serikat, sekutu Israel yang memveto rancangan sebelumnya, memilih abstain.
Mendapat tepuk tangan meriah di Dewan Keamanan yang biasanya tenang, ke-14 anggota lainnya memberikan suara mendukung resolusi yang "menuntut gencatan senjata segera" untuk bulan suci Ramadhan yang sedang berlangsung.
Putusan ini merupakan yang pertama kali disetujui oleh seluruh anggota Dewan Keamanan PBB setelah empat kali gagal dalam lima bulan terakhir.
Keputusan AS untuk abstain dari resolusi tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Pemerintahan Biden dan pemerintah Israel, yang mana pemerintah Israel tidak mau mengindahkan seruan internasional untuk memberikan akses kemanusiaan yang lebih besar ke Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak peringatan pemerintahan Biden untuk tidak melakukan invasi darat ke kota Rafah, Gaza, di bagian selatan, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina saat ini berlindung.
Meskipun Presiden Biden mengundang delegasi Israel ke Washington minggu ini untuk mendiskusikan pendekatan alternatif terhadap invasi darat, Netanyahu mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut jika AS tidak memveto resolusi tersebut.
Setelah resolusi tersebut disahkan, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa delegasi tersebut tidak akan berangkat ke Washington sesuai jadwal.
Sementara organisasi-organisasi hak asasi manusia memuji pengesahan resolusi tersebut, banyak di antara mereka, seperti Komite Penyelamatan Internasional, terus menyerukan gencatan senjata yang berkelanjutan setelah Ramadhan, yang akan berakhir dalam waktu dua minggu lagi.
Sumber: Time/Penerjemah: Lambang (mk)|Editor: Arifin BH