21 April 2025

Get In Touch

Disorot Sanitasinya Tak Layak, RSUA Surabaya Realisasikan Toilet di HCU Meski Terkendala Dana

Disorot Sanitasinya Tak Layak, RSUA Surabaya Realisasikan Toilet di HCU Meski Terkendala Dana

Surabaya- Pandemi Covid-19 membuat rumah sakit rujukan di Jatim kebanjiran pasien, termasuk RSUA Surabaya. Di tengah hiruk pikuk itu, keluhan pasien pun semakin banyak.

Tak hanya masalah pelayanan kesehatan, tapi juga fasilitas penunjang. Salah satu keluhan datang dari pasien Hamidah Soetadji atau Mimied saat itu menjalani isolasi di ruang HCU RSUA. Sang pasien menulis keluh kesah kondisi RSUA yang tidak banyak diketahui umum melalui media sosial. Perempuan tersebut saat ini dalam status pasien yang menunggu hasil swab.

"Dengan kondisi seperti dan status yang belum jelas, saya akhirnya dirawat di RS. Lantaran sesak dan gerak saya terbatas, akhirnya urusan ke toilet digantikan dengan pispot alat pipis untuk perempuan. Dua hari saya menggunakan itu. Sungguh itu menyiksa dan mengenaskan, Mak. Saya masih memaklumi kebebasan saya yang terengut lantaran menjadi suspect pasien covid. Saya masih bisa menerima berada dalam satu ruangan dengan lima pasien lain yang statusnya juga belum jelas. Saya masih bisa juga berdamai dengan keadaan lantaran tak ada hiburan seperti fasilitas televisi. Namun, satu-satunya hal yang tidak bisa saya terima adalah tidak ada toilet atau kamar mandi di ruang kami dirawat," kata Mimied.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama RSUA Surabaya Prof Nasronudin membenarkan jika pada ruang ICU dan HCU tidak ada toilet.

“Tapi menyikapi keinginan masyarakat seperti itu ya kita akan sediakan toilet dan menutup ruang tersebut,” ujarnya saat di konfirmasi, Kamis ( 2/7/2020)

Nasron mengatakan jika memang tidak bisa memuaskan semua masyarakat. Akan tetapi akan memperhatikan suara dan harapan masyarakat.

“Sudah saya suruh belanja sore ini yang praktis saja beli kamar mandi dan toilet sudah ready. Perlu 4 set toilet untuk lantai 6 dan lantai 4. Pria dan wanita,” ujarnya.

Nasron menambahkan jika pihaknya masih bingung mendapat dana dari mana. Akan tetapi ini adaalah kebutuhan mendadak jadi ya harus disediakan.

“Bayarnya belum tahu dari mana. Kita prioritaskan mendahulukan layanan masyarakat. Ini kan keperluan mendadak dan mendesak. Jadi yang settingnya satu atau dua hari harus jadi. Kalau ruang rawat inap ditutup terlalu lama ya kasihan yang antri di IGD,” pungkasnya.

Sebelumnya, Humas RSUA Dr. Nily Sulistyorini mengaku sudah maksimal melakukan pelayanan demi kesembuhan pasien corona yang dirawat. Kepada wartawan melalui sambungan telpon mengatakan, pasien yang berada di ruang HCU didesain untuk mempermudah pemantauan. Pasien tersebut awalnya masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas.

"Karena kawatir terjadi apa-apa, pasien tersebut direkomendasikan berada di ruang HCU yang tidak ada toilet. Karena pasien tersebut berisiko tinggi, mulai risiko jatuh di toilet jadi mendapat pengawasan ketat," katanya.

Harusnya setelah kondisi membaik, lanjutnya, pasien bisa dipindah ke ruang biasa. Namun sehubungan ruang biasa sedang penuh, pasien tidak bisa dipindah. "Kondisi pasien sudah membaik, dan mulai hari ini sudah dipindah ke ruang biasa," katanya mengomentari kondisi Mimied.

Ruang HCU itu mirip dengan ICU tanpa ventilator dan pengawasan ketat dari tim medis. Pasien disana tidak bisa menikmati toilet, serta sengaja diberi pispot atau alat buang air portabel. Karena jika menggunakan toilet dikawatirkan bisa jatuh. Alat pispot ini disiagakan tiap pasien. Namun karena masuk ruang area inveksi, maka tidak tiap menit petugas masuk disitu. Petugas masuk untuk membersikan pispot atau tisu berdasarkan jadwal.

"Monitor tetap dilakukan, namun untuk mengambil sampah atau pispot ada jadwalnya karena petugas juga beresiko," tambahnya.(ard,ist)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.