13 April 2025

Get In Touch

Ketika Virus West Nile Menyerbu Israel...

Ilustrasi Virus West Nile (Getty Images)
Ilustrasi Virus West Nile (Getty Images)

SURABAYA (Lenteratoday) -Di saat Israel tengah berperang dengan Hamas di Jalur Gaza, penduduk dan Pemerintah Israel juga sedang berperang dengan demam akibat virus West Nile. Kementerian Kesehatan Israel, Selasa (2/7/2024), mencatat, terdapat 104 kasus demam West Nile, dengan delapan kasus di antaranya berujung kematian.

Merujuk pemberitaan The Jerusalem Post, Minggu (30/6/2024), warga yang terinfeksi virus tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit-rumah sakit di Tel Aviv. Sejauh ini diketahui, virus tersebut dibawa oleh nyamuk.

Menurut Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel, nyamuk yang menjadi pembawa virus ini ditemukan di wilayah tengah dan selatan Israel. Nyamuk pembawa virus West Nile itu ditemukan di Tel Aviv, Herzliya, Kiryat Ono, Petah Tikva, Dewan Daerah Lev Hasharon, dan Dewan Daerah Even Yehuda di Distrik Pusat, serta di Eilat dan Dewan Daerah Eilot di wilayah selatan Israel.

Dengan banyaknya kasus yang ditangani, sebagaimana diberitakan The Times of Israel, Kamis (4/7/2024), Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel terus melakukan pemantauan. Namun, sebenarnya apakah virus West Nile itu?

Merujuk Clevelandclinic.org, virus West Nile atau disingkat WNV adalah virus RNA. Virus ini serupa dengan virus yang menyebabkan demam berdarah, HIV, ataupun Covid-19.

Penularan virus ini dimulai saat nyamuk menggigit burung yang terinfeks WNV. Sebagaimana dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Selasa (3/10/2017), virus lalu tersebar ke dalam darah nyamuk dan akhirnya masuk ke kelenjar ludah nyamuk.

Saat nyamuk yang sudah terinfeksi WNV ini menusuk kulit manusia atau hewan lain, virus dapat berkembang biak dalam darah dan menyebar melalui aliran darah.

WHO menyebutkan, virus juga dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan lain yang terinfeksi, melalui darah atau jaringan lain. Sebagian kasus infeksi pada manusia terjadi melalui transplantasi organ, transfusi darah, dan ASI.

WHO juga mencatat ada satu kasus penularan WNV melalui transplasenta dari ibu ke anak. Begitu virus menginfeksi, menurut WHO, masa inkubasi WNV ini biasanya 3 hingga 14 hari.

Dari laporan WHO, sekitar 80 persen orang yang terinfeksi WNV ini tidak menunjukkan gejala awal atau bahkan tanpa gejala. Namun, sekitar 20 persen orang yang terinfeksi WNV akan menunjukkan demam.

Ilustrasi cara tes nyamuk Virus West Nile (Getty Images)

Gejalanya meliputi demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri tubuh, mual, muntah, terkadang disertai ruam kulit di badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Infeksi WNV juga menyebabkan gejala yang parah, bahkan kematian. Pada penyakit yang parah, pasien akan menunjukkan gejala seperti sakit kepala, demam tinggi, leher kaku, pingsan, disorientasi, koma, tremor, kejang, kelemahan otot, dan kelumpuhan. Penyakit yang parah akibat infeksi WNV ini diperkirakan dialami satu dari 150 orang yang terinfeksi.

Penyakit yang parah ini dapat terjadi pada semua usia. Namun, orang-orang yang berusia di atas 50 tahun dan dengan gangguan kekebalan tubuh, misalnya pasien transplantasi, sangat berisiko mengalami sakit parah saat terinfeksi WNV. Sayangnya, belum ada vaksin yang bisa diberikan kepada manusia untuk mengatasi virus ini.

Belum ada obat

Selain itu, tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini. Para dokter akan melakukan sejumlah upaya pengobatan dengan memberikan infus antibodi intravena yang disebut IVIG dan obat interferon yang dapat memperkuat kemampuan sistem imun untuk menghilangkan penyebaran virus dalam tubuh. Untuk perawatan, pasien menerima cairan, antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, dan jika perlu dipasangi alat ventilasi.

Seorang pasien perlu segera dibawa ke ruang gawat darurat apabila mengalami demam berkepanjangan selama lebih dari seminggu, beberapa kali muntah saat mencoba minum, tidak bisa buang air kecil selama lebih dari sepuluh jam, serta napas cepat dengan hitungan lebih dari 20 kali per menit pada orang dewasa dan lebih dari 40 kali per menit pada anak-anak. Selain itu, jika pasien mengalami penurunan kesadaran, keengganan terhadap cahaya, dan sakit kepala dengan intensitas yang tidak biasa atau membangunkan pasien dari tidur.

Untuk mencegah penularan penyakit ini, disarankan untuk mencegah gigitan nyamuk pada manusia. Di antaranya melalui penggunaan obat nyamuk, kasa jendela yang memadai, pakaian yang sesuai, dan melaporkan jentik-jentik nyamuk di tempat penampungan air kepada pihak berwenang terkait.

Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel disebutkan sudah mengarahkan semua pihak terkait untuk meningkatkan upaya pemantauan dan pemberantasan nyamuk. Kementerian juga meminta masyarakat menggunakan obat nyamuk untuk melindungi diri dari nyamuk.

Bukan virus baru

Mengutip Kompas, WHO menyebutkan virus ini bukanlah virus baru. WNV pertama kali dilaporkan menginfeksi seorang wanita di Distrik West Nile, Uganda, Afrika, pada 1937. Jadilah nama virus ini diambil dari nama distrik ini, tempat pertama kali virus ini teridentifikasi.

Virus ini diidentifikasi ada pada burung gagak dan burung-burung yang masuk famili Columbidae, seperti burung merpati yang hidup di wilayah delta Nil pada 1953. Sebelum 1997, WNV tidak lagi dianggap patogenis bagi burung (*)

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.