
SURABAYA (Lenteratoday) -Tiga organisasi kemahasiswaan di Universitas Ciputra Surabaya, yakni Mentoring Department, Student Union Psychology, dan Student Representative Board membuat program inovatif Jendela Desa Inklusif (JDI) di Desa Wonomerto Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Program yang dilaksanakan sejak Juni sampai Oktober 2024 ini bisa membentuk ekosistem untuk pertumbuhan ekonomi lokal bagi kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Desa Wonomerto diharapkan dapat menjadi contoh desa yang mandiri dan sejahtera, dengan memanfaatkan potensi lokal secara maksimal.
Dalam kegiatan tersebut, para mahasiswa mengusung skema Desa Cerdas yang dibiayai oleh pemerintah, dengan menghadirkan sembilan pojok literasi beragam dan relevan sesuai kebutuhan serta potensi Desa Wonomerto.
Dosen pendamping, Jony Eko Yulianto, S.Psi., M.A., Ph.D., mengatakan, bahwa program ini dirancang untuk meningkatkan kecakapan hidup masyarakat desa dengan memberikan pelatihan yang berfokus pada pengembangan kecakapan hidup. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Dengan sembilan pojok literasi ini kami latih warga desa untuk mampu mengolah hasil lokal menjadi produk yang nilai jual. Seperti durian dan salak, melalui materi pojok olahan, akan muncul sebagai kue dan jajanan khas yang bisa dibuat sebagai oleh-oleh. Lalu ada pojok eco printing yang menghasilkan aneka kerajinan seperti baju, selenadang, taplak meja dengan teknik percetakan alami. Ini tentu punya market dan harga yang baik,” kata Jony, Rabu (18/9/2024)
Menariknya dari program ini pada sisi inklusivitas di mana diikuti peserta dengan latar belakang yang beragam.
“Ada 50 Peserta terdiri dari warga desa dimana ada yg berlatar belakang difabel maupun putus sekolah. Kegiatan ini merupakan komitmen Universitas Ciputra Surabaya dalam menghadirkan masyarakat yang inklusif," tuturnya.
Jony menyebut, fokus utama dari program JDI adalah pengembangan produk-produk lokal yang berkelanjutan. Dengan memanfaatkan hasil alam desa seperti salak, biji durian, dan ampas kopi.
Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan baru, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pelestarian alam dan pemanfaatan sumber daya lokal secara bijaksana.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan Heri mengaku senang lantaran ia mendapatkan ilmu baru dari kegiatan tersebut.
“Saya jadi mengerti cara memanfaatkan salak dan biji durian menjadi komodias yang lebih bernilai," tukasnya.
Reporter: Amanah|Editor:Arifin BH