
MALANG (Lenteratoday) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Malang terus memacu, penerapan sistem pembayaran non tunai di pasar tradisional.
Kepala Disperindag, Nor Fuad Fauzi mengatakan program ini masih dalam tahap penjajakan, dengan fokus pada edukasi dan sosialisasi penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) kepada pedagang.
"Jadi begini, sebenarnya memang ada program untuk menggunakan non tunai. Memang agak kami pacu di situ. Supaya teman-teman pedagang ini menggunakan pembayaran non tunai, QRIS," ujar Fuad, Kamis(26/9/2024).
Fuad menambahkan meskipun program ini telah dicanangkan, banyak pedagang yang belum memahami cara penggunaan sistem ini secara optimal. Untuk mengatasi tantangan tersebut, pihaknya mengaku akan melaksanakan pelatihan dan sosialisasi kepada pedagang, khususnya yang berusia muda.
"Yang muda-muda, kami ajari pakai QRIS. Karena memang ini salah satu penilaian dari BI untuk pengendalian inflasi juga," katanya.
Fuad juga mengungkapkan pihaknya tengah melakukan penjajakan penerapan QRIS di 34 pasar tradisional di Kabupaten Malang. Menurutnya, saat ini Pasar Tumpang menjadi yang paling unggul, di mana hampir 40 persen pedagangnya telah bertransaksi menggunakan QRIS.
Selain itu, di pasar lain seperti Pakisaji dan Kepanjen, juga disebutkan telah menerapkan transaksi pembayaran non tunai, meskipun penggunaannya masih sangat sedikit.
"Kami juga baru mengumpulkan teman-teman kepala pasar. Saya ajak koordinasi, kira-kira kalau penerapan QRIS nanti bagaimana, seperti apa strateginya," tuturnya.
Di samping upaya pembayaran non tunai, Disperindag saat ini juga merencanakan gerakan untuk mendorong masyarakat berbelanja kembali di pasar tradisional.
"Namun, untuk itu, kami harus memastikan bahwa pasar bersih, tertata, dan nyaman bagi pengunjung," tegas Fuad.
Ia menekankan, kebersihan dan kenyamanan menjadi kunci untuk menarik kembali pembeli ke pasar. Pasalnya, Fuad juga mengakui sepinya pengunjung di pasar tradisional merupakan masalah yang perlu ditangani dengan segera. Banyak pedagang terpaksa tutup karena omzet yang menurun akibat pengaruh kondisi dan kenyamanan di pasar tradisional.
"Kami sedang berupaya memperbaiki fasilitas pasar, termasuk kebersihan dan kenyamanan, untuk menarik lebih banyak pengunjung. Apalagi sekarang banyak memilih beli di ecommerce. Jadi supaya pedagang dapat kembali beroperasi dan meningkatkan pendapatan mereka," tukasnya.
Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais