
MALANG (Lenteratoday) - Pemerintah Kota (Pemkot) Malang kembali menargetkan inovasi untuk pasar tradisional di tahun 2025. Setelah sukses mengubah Pasar Klojen dan Pasar Oro-oro Dowo menjadi pusat kuliner yang ramai dikunjungi generasi muda, Pemkot berencana mengembangkan 5 pasar tradisional lainnya menjadi tempat nongkrong bagi Generasi Z (Gen Z).
Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, mengatakan inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menghidupkan suasana pasar tradisional, tetapi juga mengubah stigma pasar rakyat hanya untuk kaum ibu-ibu atau orang tua.
"Dengan konsep baru, diharapkan pasar-pasar tradisional itu mampu menarik minat anak muda. Jadi menjadikan pasar sebagai destinasi kuliner dan tempat berkumpul yang nyaman serta kekinian," ujar Eko, Sabtu (9/11/2024).
Adapun 5 pasar yang menjadi sasaran pengembangan pada 2025 mendatang, meliputi Pasar Kasin, Sukun, Sawojajar, Kotalama, dan Pasar Kebalen Atas.
Eko menyebut, 5 pasar tersebut dipilih karena sebelumnya telah dilakukan proses renovasi, sehingga pada tahap ini Diskopindag akan fokus pada penataan dan pengelolaan, khususnya di aspek estetika, fasilitas, dan kebersihan.
Lebih lanjut, pendekatan yang akan dilakukan, sambung Eko, mengikuti konsep yang telah diterapkan di Pasar Klojen dan Oro-oro Dowo. Mulai dari peningkatan sarana dan prasarana hingga menyediakan ruang bagi pelaku kuliner, terutama anak muda yang tertarik menjadi pengusaha di bidang kuliner.
"Jadi, anak muda yang ingin menjadi entrepreneur di bidang kuliner itu kami undang untuk membuka lapaknya di pasar tradisional. Karena ternyata intervensi seperti itu sudah berhasil dan viral di 2 pasar ini," terangnya.
Selain itu, Eko juga menambahkan intervensi ini akan membentuk citra baru bagi pasar tradisional. Jika sebelumnya pasar identik dengan keramaian orang tua atau ibu-ibu berbelanja, kini anak muda tak lagi merasa segan untuk datang ke pasar tradisional.
"Sehingga sekarang anak muda gak malu-malu lagi ke pasar rakyat. Gak identik dengan orang tua, Ibu-ibu berdaster," tukasnya. (*)
Reporter: Santi Wahyu | Editor : Lutfiyu Handi