03 April 2025

Get In Touch

Fakta Seputar Gula Stevia Alternatif Gula Biasa yang Ramah Kesehatan

Ilustrasi
Ilustrasi

JAKARTA (Lenteratoday) - Gula stevia berasal dari tanaman stevia rebaudiana yang ditemukan oleh ahli botani bernama Antonio Bertoni pada 1887. Sejak itu, stevia digunakan oleh masyarakat di Paraguay dan Brazil sebagai pemanis buatan. Daun stevia berasal dari tanaman Stevia rebaudina yang banyak tumbuh di wilayah Amerika Selatan. Produk ekstraksi daun stevia ini diketahui 200-300 kali lebih manis dibanding gula pasir dan hampir tidak mengandung kalori.

Daun stevia adalah pemanis alami pengganti gula yang digadang-gadang baik jika digunakan oleh penderita diabetes. Rasa manis yang dijadikan pengganti gula ini merupakan hasil ekstraksi glikosida steviol dari daun stevia.

Di dalam daun stevia mengandung senyawa bercita rasa manis, yaitu stevioside dan rebaudioside. Rasa manisnya diklaim ratusan kali lipat lebih tinggi daripada gula biasa.

Karena rasanya yang sangat manis, penggunaan gula stevia tidak sebanyak gula pasir.

Cara tersebut menyumbang lebih sedikit kalori dalam tubuh sehingga tidak berdampak pada berat badan secara signifikan.

Apakah Daun Stevia Aman Digunakan?

Daun stevia yang sudah diekstraksi dan diolah menjadi produk pemanis alami pengganti gula terbukti aman untuk dikonsumsi. Rasa manis ini berasal dari senyawa aktif pada ekstrak daun stevia, seperti stevioside dan rebaudioside A (Reb A).

Namun, sampai saat ini penggunaan daun stevia langsung dalam bentuk utuh belum belum diketahui efeknya bagi ginjal, jantung, dan pembuluh darah, sehingga belum tentu aman. Jadi, pilihlah produk pemanis dari daun stevia yang memang sudah terdaftar di BPOM dan memiliki izin edar yang jelas.

Bagi penderita diabetes, pemanis dari daun stevia memang bisa mencegah kenaikan kadar gula darah karena rendahnya kadar karbohidrat dan kalori di dalamnya. Meski begitu, penderita diabetes tetap perlu ekstra teliti membaca kandungan atau komposisi dari produk stevia yang akan digunakan.

Pilihlah produk yang murni dan tanpa campuran pemanis lain, seperti dekstrosa atau maltodekstrin. Keduanya adalah karbohidrat yang bisa meningkatkan kadar gula darah.

Kamu juga perlu berhati-hati jika produk ekstrak stevia mengandung campuran erythritol atau gula alkohol. Mengonsumsi gula alkohol bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan pencernaan, seperti perut kembung atau diare.

Faktanya, Gula Stevia Lebih Menyehatkan

Gula stevia lebih rendah kalori ketimbang gula biasa. Gula dari tanaman Stevia rebaudiana ini juga tidak mengandung karbohidrat sehingga baik dikonsumsi pengidap diabetes.

Karbohidrat bisa memicu kenaikan glukosa atau kadar gula darah secara signifikan.

Itu sebabnya, pengidap diabetes disarankan untuk mengurangi asupan karbohidrat untuk menstabilkan kadar gula darah.

Alasan lainnya, gula stevia efektif menurunkan indeks glikemik (GI) makanan.

GI merupakan indikator seberapa cepat makanan berkarbohidrat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh.

Dengan GI yang rendah, artinya, stevia berdampak pada penurunan kadar gula darah dalam tubuh, meski dalam tingkatan rendah.

Sederhananya, mengonsumsi gula stevia lebih menyehatkan ketimbang gula biasa.

Merupakan Pengganti Gula yang Baik

Stevia bisa digunakan sebagai pengganti gula biasa untuk masakan rumahan dan kue.

Namun, jika gula jenis ini tidak dimasak dengan cara yang tepat, stevia bisa menimbulkan rasa pahit.

Ketika mengganti gula biasa dengan stevia, makanan yang diolah dengan cara dipanggang tidak memiliki rasa dan tekstur yang sama dibanding menggunakan gula biasa.

Sebab, stevia mengalami proses reaksi yang memicu terjadinya perubahan warna jadi cokelat keemasan dan sedikit rasa pahit.

Stevia juga menambah tekstur makanan yang dipanggang menjadi lebih keras.
Terlepas dari itu, stevia bisa bekerja dengan baik sebagai pengganti gula.
Untuk meminimalisir rasa pahit yang ditimbulkan stevia, kamu bisa menggunakan campuran gula biasa berskala 1:1.

Asupannya Perlu Dibatasi

Menurut Food and Drug Administration (FDA), batas maksimal penggunaan harian stevia adalah 4 miligram per kilogram berat badan.
Stevia tidak memicu efek samping jika hanya digunakan sebagai pemanis buatan untuk masakan.

Namun, jika asupannya melebihi batasan yang ditetapkan, risiko efek samping seperti gangguan pencernaan bisa dialami.
Meski jarang terjadi, kembung, begah dan mual jadi efek samping yang perlu diwaspadai.

Gejala yang disebutkan terjadi karena stevia sulit dicerna oleh bakteri di dalam usus besar sehingga bakteri meningkatkan produksi gas pemicu kembung. Efek samping lainnya adalah risiko alergi.

Stevia berasal dari tumbuhan sehingga bisa meningkatkan risiko pada pengidap alergi tanaman.

Jika sudah begitu, reaksi berupa kulit gatal, kemerahan, terasa perih dan bengkak bisa saja terjadi.

Itulah fakta mengenai gula stevia dan efek samping ketika digunakan berlebihan.

Selain mengganti jenis gula dengan yang lebih sehat, kamu bisa bisa mengonsumsi vitamin guna menunjang kebugaran tubuh.

Manfaat Stevia untuk Kesehatan

Dengan berkurangnya jumlah pemanis yang dikonsumsi, berikut adalah beberapa kemungkinan manfaat stevia yang bisa dirasakan:

  1. Baik untuk diabetes

Selain tidak mengandung karbohidrat dan kalori, stevia juga dipercaya dapat memperbaiki kinerja tubuh dalam mengolah glukosa (gula darah) dengan cara meningkatkan produksi insulin.

Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi stevia diduga aman dan efektif untuk membantu menjaga kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Untuk itu, dianjurkan untuk memilih stevia murni tanpa campuran jenis pemanis lain dan tidak dikonsumsi secara berlebihan.

  1. Membantu mengurangi berat badan

Total asupan kalori harian akan berkurang ketika Anda mengganti asupan gula dengan stevia. Cara ini bisa membantu Anda menjaga atau mengurangi berat badan, asalkan Anda tidak makan secara berlebihan.

  1. Menurunkan tekanan darah

Stevia juga dipercaya mampu menurunkan tekanan darah jika dikonsumsi secara rutin. Akan tetapi, penelitian untuk membuktikan manfaat ini belum menunjukkan hasil yang konsisten.

  1. Menurunkan kadar kolesterol

Menurut sebuah penelitian, mengonsumsi stevia diduga dapat meningkatkan kadar kolesterol baik HDL serta menurunkan kolesterol total, kolesterol jahat LDL, dan trigliserida. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan manfaat stevia ini.

  1. Mencegah risiko terkena penyakit ginjal

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang terlalu manis bisa memperbesar risiko terkena diabetes dan tekanan darah tinggi. Kedua penyakit ini dapat berujung pada terjadinya penyakit ginjal.

Menurut penelitian, stevia diduga efektif dalam mengurangi risiko terjadinya penyakit ginjal karena dapat membantu mencegah penyakit diabetes dan darah tinggi. Penelitian ini juga menyatakan bahwa stevia merupakan alternatif pemanis yang lebih baik untuk penderita gagal ginjal.

Hingga saat ini, stevia sudah terbukti aman untuk dikonsumsi. Namun, Anda harus tetap memperhatikan asupan makanan dan minuman sehari-hari agar jumlah gula dan kalori yang dikonsumsi tidak berlebihan.

Batasan asupan gula untuk pria adalah 37,5 gram atau 9 sendok teh per hari. Sedangkan untuk wanita sebanyak 25 gram atau 6 sendok teh per hari.

Perlu diingat, mengonsumsi makanan bebas gula bukan berarti Anda terbebas dari kalori. Kalori bisa didapat dari bahan lainnya pada makanan atau minuman tersebut. Selain itu, Anda juga perlu menjalani gaya hidup sehat karena mengandalkan stevia saja tidak cukup untuk menjaga kadar gula di dalam tubuh.

Co-Editor: Nei-Dya

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.