SURABAYA (Lentera)- Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan tagar #KaburAjaDulu yang ramai banget berseliweran di media sosial.
Fenomena ini muncul dari kondisi di dalam negeri yang dinilai semakin sulit, sehingga banyak anak muda Indonesia yang merasa ingin pergi ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Menanggapi fenomena tersebut, Akademisi dan praktisi bisnis, Prof. Rhenald Kasali, Ph.D., menyebut, jika kabur aja dulu menjadi penghambat kesuksesan anak muda.
“Generasi muda harus diberi ruang untuk berkembang. Jika mereka tidak mendapat peluang di dalam negeri dan memilih bekerja di luar negeri, jangan disalahkan. Dunia kerja saat ini memungkinkan siapa pun bekerja dari mana saja,” kata Prof. Rhenald saat ditemui usai memberikan orasi dalam wisuda ke-130 Untag Surabaya, Sabtu (22/2/2025).
Menurutnya, saat ini terdapat 10 industri yang mengalami kemunduran, mulai dari otomotif, perbankan, properti, hingga startup digital.
Untuk itu, ia menuturkan, generasi muda harus memperkuat mentalitas, meningkatkan kreativitas, dan memahami cara kerja algoritma digital untuk tetap relevan.
“Kampus jangan hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga harus memperkuat mental mahasiswa. Ketangguhan tidak bisa diajarkan di kelas, tetapi harus diasah dengan pengalaman nyata,” tuturnya.
Salah satu metode yang ia terapkan adalah dengan mengajak mahasiswa melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dana terbatas agar mereka belajar bertahan dan beradaptasi.
Selain itu, adanya kolaborasi lintas generasi juga diperlukan untuk memperluas jaringan.
“Banyak perusahaan yang enggan menerima Gen Z karena dianggap kurang disiplin. Namun, kita tidak bisa menghindari kehadiran mereka. Mereka harus dilatih mentalnya agar siap menghadapi dunia kerja,” ungkapnya
Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya Prof. Rhenal menyoroti beberapa hal. Mulai dari masalah penduduk dimana saat ini banyak perempuan yang memilih childfree, hingga perkembangan teknologi.
Dalam hal teknologi, ia mengatakan saat ini teknologi mau tidak mau dibutuhkan untuk membantu manusia menghasilkan produk yang lebih produktif dan membantu manusia agar bisa memecahkan masalah.
"Maka saudara menggunakan teknologi digital, dan teknologi digital akhirnya merubah prilaku saudara," tuturnya.
Ia menjelaskan, di generasi saat ini ketika mehasiswa mendengarkan dosen mereka memegang gadget dan laptop.
Bahkan, ketika seseorang harus berpergian ke kampus, bertemu pasangan atau pergi ke bank untuk mengambil uang, bisa didapatkan dengan semua datang ke mereka berkat teknologi.
"Akibatnya data mereka bisa dibaca oleh pemilik teknologi, lalu masalah cyber security, lalu mereka menjadi tidak mengenali diri mereka sendiri. Teknologi lebih mengenal mereka dari pada dirinya sendiri," jelasnya.
Ia menyebut, jika kehidupan kita saat ini adalah kehidupan algoritma. Bahkan, dalam hal kepemimpinan juga berubah.
"Saudara harus mulai mengayomi generasi baru, Gen Z. Gen Z memang mentalnya tidak sekuat anda tapi mereka punya kreativitas dan kemampuan teknologinyg lebih baik daripada generasi kita. Untuk itu setiap pemimpin harus menjembatani antara senior dan oramg muda dan bekerja menggunakan algoritma tanpa itu kita akan punah," tutupnya.
Reporter: Amanah/Co-Editor: Nei-Dya