02 April 2025

Get In Touch

Makna Filosofis di Balik Menu Khas Lebaran 

Ilustrasi (foto: Shutterstock)
Ilustrasi (foto: Shutterstock)

SURABAYA (Lentera)– Hidangan ketupat dan opor ayam tidak pernah mangkir dari meja makan ketika hari raya Idul Fitri tiba. Tak hanya nikmat, makanan bersantan ini menjadikan lebaran lebih bermakna.

Pada sejarahnya, bentuk ketupat yang memiliki lima sisi melambangkan hubungan antara empat arah mata angin dan satu arah kiblat. Bentuk ketupat yang rumit mencerminkan kesalahan manusia. Ketika bungkusan dibuka, tampak isian ketupat berawarna putih yang melambangkan kesucian. 

Ketika disajikan, ketupat dibelah dan dibuang kulitnya. Hal ini menggambarkan permulaan lmbaran baru. Ketupat merupakan singkatan dari Ngaku Lepat. Dalam bahasa Jawa, Ngaku Lepat memilki arti mengakui kesalahan. 

Tak lengkap rasanya sajian ketupat tanpa opor ayam. Seperti halnya ketupat, opor ayam juga memiliki makna permintaan maaf. Opor ayam memiliki bahan utama santan. Dalam bahasa Jawa, santan dimaknai sebagai pangapunten atau permintaan maaf. 

Rendang, makanan yang berasal dari tanah Minang juga menjadi salah satu menu wajib hadir saat lebaran. Hidangan berbahan dasar daging sapi ini mempunyai filosofi yang melambangkan musyawarah dan mufakat, sebab terdiri dari empat unsur, yaitu daging, kelapa, lada, dan bumbu.

Saat memasak rendang dibutuhkan kesabaran, kebijaksanaan, dan kegigihan. Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mencerminkan nilai ketekunan serta kesabaran dalam menghadapi kehidupan. Bagi masyarakat Minangkabau, rendang juga melambangkan kekuatan dan kehormatan, di mana daging sapi merepresentasikan para pemimpin, santan melambangkan kaum intelektual, cabai melambangkan para ulama yang tegas dalam menyuarakan kebenaran, serta bumbu rempah sebagai simbol seluruh masyarakat.

Selain ketupat, opor ayam, dan rendang, hidangan khas Lebaran lainnya yang sarat makna adalah sambal goreng ati. Sajian ini kerap dikaitkan dengan hati yang bersih dan ketulusan dalam meminta serta memberikan maaf. Pedasnya sambal mencerminkan lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, sementara ati (hati) melambangkan ketulusan hati dalam menjalin kembali hubungan yang harmonis.

Tak ketinggalan, tape ketan hitam juga sering hadir di meja makan saat Lebaran. Makanan hasil fermentasi ini menggambarkan proses pematangan manusia dalam memahami kehidupan. Rasa manis dan sedikit asam dari tape melambangkan keseimbangan antara suka dan duka yang perlu diterima dengan lapang dada.

Dengan filosofi yang terkandung di dalamnya, hidangan khas Lebaran bukan sekadar makanan, tetapi juga menjadi pengingat akan nilai-nilai kehidupan. Setiap suapan mengandung pesan kebersamaan, pengampunan, serta harapan akan lembaran baru yang lebih baik.

Penulis: Elvy-Mg2/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.