13 April 2025

Get In Touch

Perang Dagang Makin Sengit, China Naikkan Lagi Tarif Impor Produk AS Jadi 125%

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Presiden China Xi Jinping. (Dok. Reuters)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Presiden China Xi Jinping. (Dok. Reuters)

BEIJING (Lentera)- Perang dagang antara China dan Amerika Serikat ( AS) makin sengit. Usai Donald Trump menaikkan tarif impor bersifat imbal balik (resiprokal) 145 persen, giliran China mengerek tarif impor ke semua produk AS dari semula 84 persen menjadi 125 persen. 

"Jika Amerika Serikat terus memberlakukan tambahan tarif terhadap barang-barang ekspor dari China ke AS, China akan mengabaikannya," tulis pernyataan Kementerian Keuangan China di Beijing, dikutip dari Breaking News Reuters, Jumat (11/4/2025). 

Menurut Kementerian Keuangan China, penerapan tarif yang sangat tinggi oleh AS terhadap China secara serius melanggar aturan perdagangan internasional dan ekonomi, hukum ekonomi dasar, serta akal sehat. 

"Ini adalah bentuk pemaksaan dan perundungan sepihak yang sepenuhnya tidak dapat diterima,” lanjut Kementerian Keuangan China. 

Selain itu, Misi China untuk Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengatakan telah mengajukan keluhan tambahan terhadap tarif AS.

"Pada tanggal 10 April, Amerika Serikat mengeluarkan Perintah Eksekutif, yang mengumumkan peningkatan lebih lanjut dari apa yang disebut 'tarif timbal balik' pada produk-produk China. China mengajukan keluhan kepada WTO terhadap tindakan tarif terbaru Amerika Serikat," demikian pernyataan dari misi China, mengutip juru bicara Kementerian Perdagangan.

Beijing juga mengatakan bahwa keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menangguhkan tarif resiprokal pada negara lain sebagian terjadi setelah "tekanan dari China".

"Di bawah tekanan dari China dan pihak lain, Amerika Serikat untuk sementara menangguhkan pengenaan tarif timbal balik yang tinggi pada beberapa mitra dagang," kata juru bicara Kementerian Perdagangan. "Ini hanya langkah simbolis kecil," katanya, dilansir AFP.

Editor: widyawati/berbagai sumber
 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.