24 April 2025

Get In Touch

Tiap Tahun Temukan 45 Kasus Kanker Serviks, Dinkes Blitar Hanya Bisa Merujuk Pasien

Kadinkes Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati
Kadinkes Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati

BLITAR (Lentera) - Dalam 3 tahun terakhir sejak 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar rata-rata menemukan 45 kasus kanker serviks baru setiap tahunnya.

Kepala Dinkes Kabupaten Blitar, dr Christine Indrawati menyampaikan jika pihaknya rata-rata setiap tahunnya menemukan 45 kasus kanker serviks, angka ini tergolong tinggi kedua setelah kanker payudara.

"Melihat angka temuan (kasus kanker serviks) ini memang cukup tinggi, sehingga perlu ada perhatian khusus," ujar dr Christine, Jumat (18/4/2025).

Lebih lanjut dr Christine menjelaskan sesuai data yang ada pada Dinkes, pada tiga tahun terakhir tercatat kasus kanker serviks baru pada 2022 ada 44 kasus, 2023 sebanyak 42 kasus dan 2024 meningkat jadi 46 kasus.

"Kalau dirata-rata tiap tahunnya 45 kasus kanker serviks baru, angka ini cukup tinggi dibanding kanker yang lain," jelasnya.

Bahkan data penderita kanker serviks ini hanya yang ditemukan Dinkes, sementara yang tidak ditemukan menurut dr Christine bisa kebih banyak jumlahnya. Karena berobat ke luar daerah, maupun yang sudah meninggal.

Mengenai penyebab dari penyakit kanker serviks yang hanya dialami perempuan ini, dr Christine tidak bisa memastikan penyebabnya apa. Tapi secara umum disebabkan Human Papilloma Virus (HPV), yang menginveksi saluran serviks.

"Kemudian iritasi yang sudah lama, pola hidup yang kurang baik dan gonta ganti pasangan. Untuk kanker tidak bisa dipastikan penyebabnya apa, yang mengakibatkan munculnya sel kanker pada tubuh seseorang," terangnya.

Namun untuk pencegahan ditegaskannya bisa dilakukan  deteksi dini atau screening terhadap kanker serviks, dengan melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) atau pap smear oleh perempuan yang sudah menikah.

"Usia berapa pun bagi yang sudah menikah, seharusnya rutin dilakukan minimal setahun sekali. Untuk mengetahui jika ada sel kanker serviks, semakin cepat diketahui dapat segera dilakukan pengobatan tidak sampai terlambat ke stadium yang tinggi," tegasnya.

Adapun gejala atau tanda-tanda kanker serviks, diungkapkan dr Christine dapat dilihat dari diagnose awal dan paling mudah dilihat yaitu adanya pendarahan bagi perempuan yang sudah menopause atau tidak haid lagi di usia berapa pun.

"Misalnya menopause pada usia 40 tahun, kemudian 5 atau 10 tahun kemudian mengalami pendarahan. Itu patut diduga kanker serviks, karena perempuan yang sudah menopause 99,9 persen secara hormonal tidak mungkin haid lagi," ungkapnya.

Sedangkan gejala bagi perempuan yang masih mengalami haid, tapi darahnya berbeda dari biasanya baik bau maupun warnanya. Kemudian mengalami gejala arau keluhan lain pada pasien penderita kanker, seperti berat badan turun drastis dan pendarahan yang terus menerus.

Oleh karena itu ditandaskannya sebagai langkah pencegahan, kaum perempuan dihimbau untuk menjaga kebersihan diri. Diantaranya sehari 2 kali mengganti celana dalam, mencuci bersih organ genitalnya setelah buang air kecil dan air besar dengan sabun. 

"Selain deteksi dini pemeriksaan IVA dan pap smear, juga ada vaksin HPV untuk remaja usia 12-15 tahun," imbaunya.

Meskipun angka kasus kanker serviks cukup tinggi di Kabupaten Blitar, pihak Dinkes ditambahkan dr Christine sampai saat ini hanya bisa memberikan rujukan pada pasien untuk berobat ke rumah sakit yang memiliki fasilitas pengobatan.

"Sementara ini kami rujuk ke rumah sakit di Malang atau Surabaya, yang bisa melakukan terapi pengobatannya. Karena di Blitar belum ada peralatan dan dokter spesialisnya, alatnya juga cukup mahal," imbuh Christine. (*)

Reporter: Ais
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.