22 April 2025

Get In Touch

Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Kembali ke Makanan Lokal

Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Kembali ke Makanan Lokal

Surabaya –Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk kembali mengkonsumsimakanan lokal dan tidak terpaku pada beras sebagai makanan pokok. Hal inidisampaikan setelah melakukan Launching Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal bersamaMeteri Pertanian secara virtual di Gedung Negara Grahadi, Rabu (19/8/2020).

“Sebetulnya program diversifikasi pangan ini sejak zaman Pak Harto dulu. Ini adalah program lama yang kemudian kita diingatkan lagi. Saat ini sebetulnya relatif ketemu format dalam artian sudah mulai banyak masyarakat yang mengurangi konsumsi beras,” katanya.

Khofifah mengatakan bahwa ini akan menjadi pintu masukkemungkinan diversifikasi pangan yang lebih luas. Disatu sisi trend di Jawa Timurjuga menunjukkan bahwa sebetulnya industri yang memiliki kontribusi sangatbesar terhadap PDRB Jawa Timur kira-kira 33% itu adalah industry makanan danminuman (Mamin).

“Kalau kita keliling ke Expo olahan bahan pangan non beras, banyaknyayang harus memanggil memori kita ada talas, sering kita dengar adanya ganyong, mungkinjarang mendengarkan ganyong, garut, jelarot. Mungkin yang mulai mendengar Garutdan seterusnya, artinya memori kita harus kita panggil kembali, kemudian kitamenemukenali bahan-bahan baku dari olahan pangan yang sekarang di display ini,”tandasnya setelah meninjau makanan olahan dari bahan pangan lokal di GedungNegara Grahadi.

Khofifah menandaskan bahwa pangan lokal ini bisa terus dikembangkan,bahkan kemungkinan akan bisa memberikan signifikansi terhadap pengurangan imporgandum. Terlebih lagi sampai say ini gandum belum ditanam di Jatim. “Bagaimanakita bisa masyarakatkan seluruh produsen terutama Ultra mikro dan mikro sertausaha kecil supaya menggunakan bahan baku yang bisa diproduksi oleh lokalmasyarakat petani kita,” ujarnya.

Dengan demikian, makanan lokal ini menjadi penting untuk disosialisasikan kembali. Lebih dari itu, lanjut Khofifah, kemudian bagaimanamemproduksi diolah menjadi tepung untuk siap pakai. Sehingga produk panganlokal ini terjadi proses menanam, memetik, mengolah menjadi tepung kemudianmenjadi makanan atau kue atau snack, setelah itu packaging dan penjualan.

Bahkan, Khofifah merasa kagum dengan packaging yangditampilkan para pelaku UMKM produk olahan dari pangan lokal ini yang sangatmenarik dan juga sehat. “Tetapi kalau misalnya harus masuk pasar internasional.Bagaimana tanpa bahan pengawet bisa tahan paling tidak 7 bulan, itu tahapberikutnya,” tandasnya.

Dia juga merasa bangga dan mengapresiasi produk tiwul dangatot dari Blitar yang sudah berhasil menembus pasar ekspor. “Mereka rupanya satuminggu, tiap Kamis mereka bisa ekspor 1 kontainer. Ada yang ke Singapura, keMalaysia, ke Hongkong dan Taiwan,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ekspor makanan tradisionaltersebut mampu membangun nasionalisme dan patriotisme memalui diplokasimakanan. “Jadi menurut saya membangun nasionalisme melalui makanan ternyatapenting juga. Jadi kalau mereka makan Gatot atau makan tiwul rasanya merekatidak akan melupakan tanah airnya,” tandasnya. (ufi)

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.