
SURABAYA (Lentera) – Mahasiswa Fashion Design and Business (FDB) Universitas Ciputra (UC) menunjukkan bahwa fashion tak sekadar soal tren, tapi juga empati.
Dalam proyek kolaboratif bersama Yayasan Dmart Tithiek Tenger Malang, mereka mengangkat karya batik hasil tangan anak-anak disabilitas menjadi desain busana kontemporer yang memukau.
Dosen FDB UC, Janet Teowarang mengatakan jika batik Topeng Malangan awalnya kurang diminati pasar kini diolah menjadi busana unik berbasis budaya.
Dalam kolaborasi ini, ketiga mahasiswanya mendigitalisasi batik disabilitas, mencetaknya dalam skala kecil menggunakan tinta ramah lingkungan, dan mengaplikasikannya pada busana boneka Barbie sebagai bagian dari eksplorasi di mata kuliah Fashion and Culture.
Tiga tim mahasiswa menciptakan koleksi miniatur busana dengan inspirasi dari gaya vintage tahun 1940–1970-an. Mulai dari siluet A-line elegan, gaya bohemian berwarna psychedelic, hingga balloon skirt dinamis ala era 50-an—semuanya menggabungkan motif batik disabilitas dengan sentuhan modern yang atraktif.
Selain itu, mahasiswa juga turut melakukan re-desain terhadap motif batik, agar lebih sesuai dengan selera generasi muda.
“Ini bukan hanya soal estetika, tapi bagaimana anak-anak disabilitas diberdayakan dan dihargai lewat karya mereka,” ujar Janet, Rabu (30/4/2025).
Ia menjelaskan, proyek ini tak hanya mendongkrak nilai ekonomi batik disabilitas, tapi juga membangun rasa percaya diri para artisan muda bahwa karya mereka layak dikenal dan diapresiasi.
"Harapannya, motif batik karya artisan-artisan muda disabilitas ini dapat menjadi lebih menarik, lebih hidup, serta lebih diminati pasar generasi muda yang selama ini mungkin belum tersentuh oleh batik tradisional dari komunitas difabel," harapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Dmart Tithiek Tenger, Djoko Rendy mengaku bangga bisa berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya dalam proses redesign Batik Topeng Malang.
Melalui kerja sama ini, ia berharap teman-teman disabilitas dari DMart mendapatkan pengalaman berharga untuk berinteraksi, belajar, dan berkontribusi dalam sebuah karya besar yang mengangkat budaya lokal.
"Ini adalah wujud nyata bahwa kreativitas dan keberdayaan bisa tercipta melalui kolaborasi lintas komunitas," tutupnya.
Reporter: Amanah/Editor: Ais