
SURABAYA (Lentera)– Banyak orang tua mungkin tidak menyadari bahwa gangguan tidur pada anak bisa berdampak luas, mulai dari emosi yang labil hingga penurunan kualitas tumbuh kembang. Padahal, kebutuhan tidur yang tidak terpenuhi sering kali menjadi akar dari masalah seperti anak rewel, sulit tidur, hingga tantrum berlebihan.
Berdasarkan penjelasan dari Sleep Trainer sekaligus founder MimpiOfficial.id, dr. Celestina Hardiman, kualitas tidur anak tidak hanya ditentukan oleh durasi tidurnya, tetapi juga oleh bagaimana rutinitas malam hari dijalani dengan suasana hangat dan penuh kedekatan. Rutinitas tidur yang teratur dan dipenuhi kasih sayang menjadi dasar penting bagi tumbuh kembang anak secara optimal.
“Banyak riset menunjukkan bahwa tidur berkualitas berperan penting dalam pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kestabilan emosi anak. Oleh karena itu, menciptakan rutinitas sebelum tidur yang baik sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang,” kata Celestina.
Lebih dari sekadar rutinitas, Celestina menekankan bahwa momen sebelum tidur merupakan bentuk komunikasi kasih sayang antara orang tua dan anak. “Semua aktivitas ini merupakan love language orang tua melalui quality time dan physical touch yang memperkuat emotional security si kecil dan mengisi tangki cinta mereka setiap hari,” jelasnya.
Namun, tidak semua anak dapat tidur dengan mudah. Sleep training bisa menjadi solusi saat metode tidur biasa sudah tidak efektif. Celestina menjelaskan, ada tiga kondisi utama yang menjadi indikator kapan sleep training perlu dilakukan:
Berdasarkan anjuran dokter spesialis anak
Pada umumnya, sleep training direkomendasikan ketika terdapat gangguan medis tertentu yang memengaruhi kualitas tidur anak.
Ketika cara tidur biasa sudah tidak efektif
Contohnya, jika anak berusia satu tahun yang seharusnya sudah mampu tidur nyenyak malah sering terbangun berulang kali di malam hari seperti bayi baru lahir, maka sleep training dapat menjadi pilihan solusi, tentu setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Situasi keluarga yang mengharuskan adanya perubahan pola tidur
Dalam keluarga yang memiliki keterbatasan dukungan, seperti tidak adanya pengasuh, sleep training dapat menjadi cara untuk membantu anak belajar tidur secara mandiri.
Ia juga mengatakan perihal durasi tidur anak berbeda-beda berdasarkan usia anak. Seperti pada anak usia 0-3 bulan, mereka memerlukan durasi tidru 14-17 jam per hari. Sementara anak usia 4-11 bulan perlu tidur selama 12-15 jam sehari. Kemudian anak usia 1-2 tahun perlu waktu tidur setidaknya 11-14 jam sehari.
"Jadi, jika seseorang tidak mendapatkan jumlah tidur yang seharusnya dia butuhkan, dalam beberapa hari akan disebut punya utang tidur," jelas Celestina.
Jika dibiarkan, tidak hanya membuat rewel, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan fisik dan mental anak.
Sleep Trainer Expert sekaligus Founder MimpiOfficial.id lainnya, Dokter Inda Tasha Bastaman, menambahkan bahwa sleep training dapat dimulai dari langkah sederhana. Orang tua bisa membacakan buku cerita sebelum tidur, memberikan pijatan ringan, mengatur pencahayaan kamar menjadi redup, menggunakan aromaterapi ringan seperti lavender, serta menciptakan rutinitas tidur yang konsisten setiap malam.
“Gangguan tidur itu bisa berupa anak sering terbangun di malam hari, sulit terlelap, bangun subuh sebelum pukul 05.30, atau hanya bisa tidur jika disusui atau ditimang,” katanya.
Melalui sleep training yang dilakukan secara lembut dan konsisten, anak dapat belajar untuk tidur dengan nyaman dan mandiri, yang pada akhirnya mendukung tumbuh kembang mereka secara menyeluruh. Jadi, tidur bukan sekadar istirahat, tapi juga investasi masa depan bagi buah hati Anda.
Penulis: Novi-Mg3/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber