
JAKARTA (Lentera) - Polres Cianjur, Jawa Barat, mengungkap hasil uji laboratorium yang menunjukkan keberadaan beberapa jenis bakteri seperti Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Salmonella sp. pada wadah makan atau ompreng plastik yang digunakan dalam program Makan Siang Bergizi (MBG).
Meski begitu, Kasatreskrim Polres Cianjur AKP Tono Listianto menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium lainnya terhadap sampel makanan dan muntahan, sehingga belum dapat memastikan apakah temuan tersebut merupakan penyebab keracunan massal usai mengonsumsi Makan Siang Bergizi (MBG).
"Pada peristiwa keracunan massal ada dua sampel yang diuji, tempat makan dan sampel makanan serta muntahan, untuk ompreng diuji di Labkesda Cianjur, untuk sampel makanan dan muntahan diuji di Labkesda Provinsi Jabar," katanya dikutip pada Minggu (4/5/2025).
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Cianjur menetapkan Kejadian Luar Biasa atau KLB setelah 176 warga termasuk 78 siswa keracunan sesudah menyantap MBG. Adapun sebagian besar di rawat di rumah sakit.
Untuk diketahui, mual, muntah, atau sakit perut setelah makan bisa menjadi tanda bahwa makanan yang dikonsumsi sudah terkontaminasi dan menyebabkan keracunan makanan.
Terdapat sejumlah kebiasaan yang tanpa disadari dapat meningkatkan risiko kontaminasi bakteri pada makanan. Misalnya, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis.
Berikut sejumlah bakteri penyebab keracunan makanan dan cara menghindarinya.
Bakteri Listeria
Bakteri Listeria bisa ditemukan dalam produk susu yang belum dipasteurisasi, sayuran yang tumbuh di tanah terkontaminasi, daging olahan, serta makanan kaleng yang sudah rusak. Infeksi listeria dapat memicu gejala seperti flu hingga infeksi serius, terutama pada ibu hamil, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah.
Sehingga pilihlah produk susu yang sudah dipasteurisasi, cuci bersih sayuran, serta hindari makanan olahan yang sudah berlendir atau berbau tidak sedap.
Bakteri Campylobacter
Bakteri jenis ini sering ditemukan pada daging yang tidak dimasak sempurna, sayuran yang terkontaminasi, serta susu dan air yang tidak bersih. Infeksi bakteri ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang bertahan hingga dua minggu, disertai demam, nyeri otot, dan diare.
Kontaminasi bakteri ini dapat dihindari dengan memasak daging hingga matang sempurna, mencuci sayuran sebelum dikonsumsi, dan memastikan air minum dalam kondisi bersih.
Salmonella
Salmonella kerap ditemukan pada telur, daging ayam, serta permukaan dapur yang tidak bersih. Gejalanya meliputi sakit perut, diare, muntah, dan demam tinggi. Guna mencegah infeksi bakteri ini, masaklah makanan hingga matang sempurna, cuci tangan sebelum dan setelah mengolah makanan, serta bersihkan peralatan dapur dengan baik.
E. Coli
Bakteri ini bisa ditemukan pada daging sapi yang kurang matang, sayuran yang tidak dicuci bersih, serta makanan yang terkontaminasi tangan kotor. Kontaminasi E. coli bisa memicu sakit perut parah, diare berdarah, dan bahkan komplikasi serius.
Hindari konsumsi daging setengah matang, selalu cuci sayuran dengan bersih, dan pastikan tangan dalam keadaan bersih sebelum makan atau memasak.
Shigella
Penyakit shigellosis memiliki gejala yang mirip dengan salmonella, perbedaannya adalah bakteri ini menyerang usus besar, bukan usus kecil. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Shigella yang berasal dari kontaminasi kotoran manusia. Kendati banyak penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi, shigellosis sering kali langsung terkait dengan kontak dengan kotoran manusia. Perlu diingat, bakteri ini bisa resisten terhadap antibiotik, sehingga menjaga kebersihan dan sanitasi sangat penting untuk mencegah infeksi
Staphylococcus
Staphylococcus dapat berkembang pada makanan yang dibiarkan terlalu lama pada suhu ruangan, seperti salad, makanan berbasis susu, dan daging olahan. Infeksi ini bisa menyebabkan mual, muntah, dan diare dalam hitungan jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Untuk mencegah keracunan makanan dari bakteri ini, jangan biarkan makanan terlalu lama di luar kulkas, segera simpan makanan yang tidak langsung dikonsumsi, dan hindari makanan yang sudah berbau atau berubah tekstur.
Beragam Makanan Penyebab Keracunan
Berikut ini adalah beberapa jenis makanan penyebab keracunan yang perlu Anda kenali:
Daging dan telur unggas
Mengonsumsi daging dan telur ayam atau bebek yang mentah atau kurang matang dapat meningkatkan risiko terjadinya keracunan makanan. Hal ini karena kontaminasi bakteri Campylobacter dan Salmonella yang sering ditemukan di usus dan bulu unggas.
Daging merah
Makanan penyebab keracunan berikutnya adalah daging merah atau steak, termasuk daging sapi dan domba. Keracunan makanan akibat mengonsumsi daging merah terjadi karena kontaminasi bakteri E. coli, Salmonella, maupun Yersinia.
Selain itu, makanan olahan, seperti ham, bacon, dan sosis, juga bisa terkontaminasi oleh bakteri Listeria dan Staphylococcus aureus. Kontaminasi daging merah ini dapat terjadi selama proses pemotongan hewan, penyimpanan daging saat di toko maupun di rumah, hingga pengolahannya.
Susu nonpasteurisasi
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan susu pada suhu tinggi untuk membunuh bakteri berbahaya yang terkandung dalam susu.
Ketika Anda mengonsumsi susu yang belum dipasteurisasi, risiko Anda untuk mengalami keracunan makanan akan lebih besar. Ini terjadi karena kemungkinan kontaminasi susu mentah oleh bakteri Salmonella, E. coli, atau Listeria.
Hidangan laut
Boga bahari atau seafood merupakan makanan penyebab keracunan paling sering. Risiko ini ditimbulkan dari kandungan histamin, yaitu salah satu racun yang dihasilkan oleh bakteri di tubuh ikan atau kerang yang tidak segar.
Selain itu, Anda juga perlu berhati-hati terhadap kandungan merkuri dalam hidangan laut, terutama jika Anda mengonsumsi ikan laut air dalam, seperti ikan tuna atau ikan todak.
Risiko keracunan makanan bisa meningkat jika Anda mengonsumsi makanan laut mentah, seperti sushi atau sashimi, yang kurang segar.
Sayuran dan buah-buahan
Meskipun sarat akan vitamin dan mineral, sayur dan buah-buahan juga bisa menjadi makanan penyebab keracunan. Risiko terjadinya keracunan makanan juga bisa meningkat jika Anda mengonsumsi sayur atau buah yang terpapar pestisida dan tidak dicuci hingga bersih.
Selain itu, sayuran dan buah-buahan juga dapat terkontaminasi oleh bakteri Salmonella dan E. coli. Hal ini terjadi saat sayur atau buah ditanam di area yang tercemar kotoran hewan atau manusia yang telah terinfeksi.
Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber