09 May 2025

Get In Touch

Gadget Ganggu Hubungan, Anak Bisa Terdampak Secara Psikis

Ilustrasi (kanal.psikologi.ugm)
Ilustrasi (kanal.psikologi.ugm)

SURABAYA (Lentera) - Di zaman digital seperti sekarang, hampir semua orang sulit lepas dari penggunaan gadget. Meski perangkat ini memberikan banyak kemudahan dalam aktivitas sehari-hari, penggunaannya tetap harus bijak dan tepat, terutama saat berada bersama anak. Para peneliti mengingatkan bahwa orang tua sebaiknya menghindari bermain gadget di dekat anak. Mengapa demikian?

Dikutip dari Daily Mail, tim peneliti dari University of Wollongong, New South Wales, Australia, menganalisis data lebih dari 15.000 anak berusia di bawah lima tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya sering menggunakan gadget di hadapan mereka cenderung mengalami kesulitan dalam hal perencanaan, pengorganisasian, dan konsentrasi.

Data juga menunjukkan bahwa kebiasaan buruk tersebut dapat merusak otak anak-anak mereka, hingga menebar benih masalah kesehatan mental. Salah satunya sulit mengatur emosi hingga tidak memiliki rasa empati dan berbagi.

Jadi, dampak negatif penggunaan gadget tidak hanya memengaruhi orang yang menggunakannya, tetapi juga orang-orang di sekelilingnya.

Mengapa Pemakaian Gadget di Sekitar Anak Bisa Pengaruhi Kesehatan Mentalnya?

Peneliti menyebut berbagai dampak berbahaya pada anak tampaknya terjadi karena gadget dianggap telah mengganggu waktu interaksi antara orang tua dan anak.

Dalam temuan yang dipublikasikan di dalam jurnal JAMA Pediatrics, para ilmuwan mengungkapkan penggunaan gadget di kalangan orang tua menyebabkan lebih sedikit waktu yang dihabiskan bersama anak-anaknya. Termasuk melibatkan diri dalam aktivitas yang mendorong perkembangan keterampilan kognitif anak.

Ketika orang tua sibuk dengan gadgetnya, maka anak tidak hanya merasakan keegoisan, tetapi perasaan diabaikan. Bila berlangsung dalam jangka panjang, maka bisa memicu frustrasi dan emosi negatif lainnya.

Memangnya berapa banyak orang tua yang bermain gadget di hadapan anaknya? Dalam laporan ini, ilmuwan menganalisis 21 penelitian tentang penggunaan gadget oleh orang tua. Sebuah penelitian, --yang tidak disebutkan sumbernya, menunjukkan hingga 70 persen orang tua melaporkan telah menggunakan gadget saat waktu bermain atau makan bersama anak-anak mereka.

Salah satu temuan yang mengejutkan adalah anak-anak ini memiliki risiko lebih tinggi mengalami emosi negatif, seperti depresi, lalu juga kecemasan seperti kesedihan, ketakutan, dan kekhawatiran.

"Ketika orang tua sering terlihat dengan gadget di hadapan anak-anak mereka, upaya anak-anak untuk berinteraksi atau mencari perhatian mungkin menghadapi respons yang tertunda, mengabaikan, dangkal, atau bahkan tidak ada sama sekali," tulis para penulis.

Data lain juga menunjukkan anak-anak lebih rentan terhadap ledakan amarah, impulsivitas, dan pelanggaran aturan.

"Orang tua adalah guru pertama dan terpenting bagi anak-anak. Dan rasa frustrasi anak dapat muncul akibat tanggapan [dari orang tua] yang tidak konsisten," tambah para penulis.

Para peneliti mengatakan tinjauan mereka adalah yang pertama dalam jenisnya, dan masih ada pertanyaan yang belum terjawab tentang dampak penggunaan teknologi oleh orang tua terhadap perkembangan anak. Selanjutnya, peneliti akan menganalisis apa saja aktivitas digital yang terbukti paling mengganggu.

"Mengatur dan mengendalikan penggunaan perangkat di sekitar anak-anak dapat membantu mengurangi potensi dampak negatif," tulis mereka.

Yuk, mulai sekarang kurangi penggunaan gadget di depan anak, dan habiskan lebih banyak waktu bermain bersama mereka.

Dampak Negatif 

Pemicu kecanduan gadget

Orangtua dapat mengalami ketergantungan pada teknologi jika sering menggunakan HP di depan anak.

Anak mungkin akan menganggap bahwa menggunakan HP terus-menerus merupakan hal yang wajar.

Pada akhirnya, anak pun lebih sering menggunakan HP hingga menyebabkan ketergantungan dan mengalami kecanduan gadget.

Ketergantungan HP pada anak bisa ditandai dengan anak yang sulit lepas dari HP dan terlihat lebih sering menggunakan HP dibandingkan dengan melakukan kegiatan lain.

Gangguan pola tidur

Main HP sebelum tidur dapat mengganggu pola tidur anak jika Anda melakukannya saat akan tidur bersama atau dekat dari anak Anda.

Anak mungkin akan ikut melihat layar HP, sehingga terpapar cahaya biru yang keluar dari layar.

Paparan cahaya biru dari layar HP terhadap tubuh anak bisa menghambat produksi melatonin, yaitu hormon yang mengatur tidur.

Terlebih, struktur mata anak diketahui lebih sensitif terhadap cahaya biru karena ukuran pupil yang lebih besar.

Penelitian menunjukan bahwa paparan terhadap cahaya biru di sore hari bisa menurunkan kadar melatonin dua kali lebih banyak pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa.

Penurunan melatonin bahkan bisa terjadi lebih buruk pada anak-anak yang belum melewati masa pubertas.

Contoh perilaku buruk

Anak-anak belajar dari contoh yang diberikan oleh orang terdekatnya, terutama orangtua.

Jika orangtua terlalu sering main HP di depan anak saat sedang mengasuh, anak dapat meniru perilaku yang sama.

Ia akan menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Ini tentunya dapat memberikan contoh perilaku yang buruk kepada anak. Padahal sebagai orangtua, Anda seharusnya bisa menjadi panutan yang baik untuk anak.

Anak pun akan lebih rentan memiliki perilaku yang buruk, sama seperti yang dilakukan oleh orangtuanya.

Potensi bahaya konten online

Jika orangtua tidak memantau dengan cermat apa yang diakses oleh anak di HP, ada risiko bahwa anak dapat terpapar konten yang tidak sesuai atau bahkan berbahaya.

Apalagi, bila anak menggunakan aplikasi atau mengakses website yang sama-sama berisi konten untuk dewasa dan anak-anak, maka risikonya bisa lebih besar.

Anak mungkin tidak sengaja mengakses konten yang seharusnya belum ia ketahui. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan pada pengguna YouTube.

Dari penelitian ini, 46% anak usia 11 tahun ke bawah yang menonton YouTube diketahui pernah melihat konten yang tidak sesuai dengan usianya. 

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.