
KOLOM (Lentera) -Sejak kemarin (Jumat, 9/5/2025) saya tengah bertarung memasuki "Ronde ke tiga" di Graha Amerta, RSUD DR Soetomo, Surabaya.
Lanjutkan ronde yang gagal dilaksanakan tepat waktunya. Akibat knockout atau KO pada ronde ke dua, bulan April 2025 lalu.
Semoga pertarungan berat pada ronde ke tiga ini. Bisa dilalui dengan baik. Dan, tentu saja: aman.
Ada perbedaan pertandingan tinju yang sesungguhnya, dengan pertarungan yang sedang saya jalani. Kalau KO pertarungan tinju, pasti di atas ring. Tapi, saya KO setelah pulang ke rumah.
Bahkan pada ronde ke dua lalu KO-nya setelah hari ke empat. Dan itu memang biasa di alami pagi pasien yang tengah menjalani kemo. Seperti saya.
Merasakan efeknya setelah kembali beada di rumah. Efeknya pun berbeda-beda. Ada yang ringan. Ada juga yang berat. Tergantung ketahanan fisik masing-masing pasien.
Saya dinilai dokter, fisik bagus. Maklum biasa dujuluki "komandan" oleh teman-teman Jawa Pos. Pun ditempat kerja sekarang.
Tapi kata dokter Tommy, badan boleh kekar, tapi usia tidak bisa dibohongi. Wajar kalau jatuh KO. Dan KO susah bangun kembali. Sampai-sampai 10 hari hanya hidup dengan susu. Melalui sonde. Mulut tak befungsi lagi. Kena pukulan telak. Kena jamur dan sariawan.
Untuk menghadapi ronde tiga ini. Saya mencoba latihan filisik. Tiap hari. Selama sepekan, jalan kaki sedikitnya 3 km. Lumayan, gula darah pun bisa normal.
Jalan keluar dan masuk perumahan. Di Rungkut Barata. Dan Rungkut Menaggal harapan. Sampai Gunung Anyer.
Saat keluar rumah sakit Mayapada, pada 19 April 2025 berat badan hanya 52 kg. Alhamdulillah, kemarin bertambah 10 kg.
Kata dr Tommy Lesmana, dokter spesialis bedah digestif yang merawat saya, baru diperkenankan naik ring, kalau kondisi fisik paling tidak, 75 persen dari normal.
Banyak pasien yang makin terpuruk, akibat tidak memperhatikan kondisi fisik.
"Persyaratan kemo, fisik harus kuat. Dan itu akan berpengaruh pada keberhasilan saat kemo," tuturnya, saat saya konsultasi sebelum melanjutkan kemo.
Setelah sembuh dari KO ronde kedua, saya konsultasi. Minta untuk lanjutkan kemo, tahap tiga. Dokter Tommy, menolak naik ring. Alasannya kondisi fisik belum memungkinkan. Paling sedikit 75 persen dari kondisi normal.
Sambil membawa hasil laboraturium hasil kemo saya, tak lupa saya selalu konsultasi dengan dokter lulusan S1, dan pendidikan spesialis UNAIR ini. Sehingga banyak ilmu yang saya peroleh dari dokter berpostur tubuh atletis, dan lincah ini (*)
Penulis: M. Nasaruddin Ismail, wartawan senior tinggal di Surabaya|Editor: Arifin BH