
SURABAYA (Lentera) – Pernah merasa tiba-tiba lupa di tengah percakapan atau kesulitan mengingat hal-hal sederhana seperti tempat meletakkan kunci? Bisa jadi itu bukan sekadar faktor usia dan kelelahan biasa. Sejumlah kebiasaan harian yang sering dianggap sepele ternyata bisa berdampak besar pada fungsi memori otak.
Daya ingat manusia memang bukan hal yang mutlak. Ia bisa diasah, tetapi juga bisa melemah jika tidak dijaga dengan baik. Psikolog Michele Goldman dari Hope for Depression Research Foundation mengungkapkan, “Ada rutinitas-rutinitas umum yang bisa membuat otak kita lebih mudah ‘blank’,” ungkapnya saat dikutip pada Kamis (15/5/2025).
Menurutnya, mengenali dan menghindari kebiasaan-kebiasaan tersebut bisa menjadi langkah awal dalam menjaga kesehatan otak. Berikut Sembilan kebiasaan yang sebaiknya dihindari agar tidak mudah lupa:
Begadang
Kebiasaan tidur larut malam dan kurang tidur bisa berdampak buruk pada konsentrasi dan kemampuan otak menyimpan informasi. Tidur adalah waktu penting bagi otak untuk "membersihkan diri", mengonsolidasikan memori, dan memperkuat koneksi antar sel saraf. Ketika kita begadang, proses ini terganggu dan akibatnya, kita menjadi lebih pelupa keesokan harinya.
Merokok
Rokok tidak hanya merusak paru-paru, tetapi juga bisa mengganggu fungsi otak. Nikotin dan zat berbahaya lainnya dalam rokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk yang menuju ke otak. Akibatnya, aliran oksigen ke otak berkurang, dan dalam jangka panjang, ini bisa mempercepat penurunan kognitif.
Mengabaikan Pola Makan Sehat
Apa yang Anda konsumsi sangat memengaruhi kerja otak. Terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji, tinggi gula, dan rendah nutrisi bisa memperburuk fungsi otak. Sebaliknya, makanan kaya antioksidan, asam lemak omega-3, serta vitamin dan mineral sangat penting untuk menunjang fungsi memori dan konsentrasi.
Kurang Aktivitas Fisik
Tidak banyak bergerak bisa membuat otak ikut "malas". Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, atau yoga terbukti dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan merangsang produksi zat kimia yang berfungsi melindungi neuron. Selain itu, olahraga juga membantu mengurangi stres.
Terlalu Sering Multitasking
Mengerjakan banyak hal sekaligus memang tampak efisien, tapi nyatanya otak manusia tidak dirancang untuk melakukan beberapa tugas kompleks dalam satu waktu. Multitasking justru membuat otak bekerja ekstra, membagi fokus, dan akhirnya membuat informasi tidak tersimpan dengan baik dalam memori jangka panjang.
Stress Berlebihan
Stres kronis dapat mengubah struktur otak, terutama pada bagian hippocampus yang sangat penting dalam pembentukan memori. Saat stres berlarut-larut, tubuh menghasilkan hormon kortisol dalam jumlah tinggi yang dalam jangka panjang bisa melemahkan kemampuan otak untuk mengingat dan belajar hal baru.
Kurang Asupan Vitamin B1 dan B12
Vitamin B1 (tiamin) dan B12 berperan penting dalam menjaga sistem saraf dan fungsi otak. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan gangguan konsentrasi, kebingungan, dan bahkan gejala yang menyerupai demensia. Sumber vitamin ini bisa didapat dari makanan seperti daging, telur, susu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.
Hidup di Lingkungan yang Berantakan
Percaya atau tidak, lingkungan fisik yang tidak tertata bisa mengganggu fokus dan menurunkan kemampuan memori. Ketika meja kerja atau ruang belajar berantakan, otak mendapat terlalu banyak rangsangan visual yang bisa mengganggu konsentrasi. Sebuah ruang yang rapi membantu otak bekerja lebih efisien.
Tidak Memberikan Otak Latihan yang Tepat
Otak, seperti otot, perlu dilatih agar tetap tajam. Jika tidak digunakan untuk berpikir atau belajar hal baru, kemampuan kognitif bisa menurun seiring waktu. Latihan otak bisa dilakukan dengan membaca buku, bermain teka-teki silang, sudoku, belajar bahasa asing, atau bermain alat musik.
Memiliki daya ingat yang baik bukanlah hal instan, melainkan hasil dari pola hidup sehat dan kebiasaan sehari-hari yang positif. Jadi, jika Anda tidak ingin mudah lupa, mungkin sudah saatnya mulai memperhatikan rutinitas harian Anda.
Penulis: Dinda-Mg1/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber