16 May 2025

Get In Touch

Mental Load: Beban Tak Terlihat yang Bikin Perempuan Lelah

Ilustrasi (istockphoto)
Ilustrasi (istockphoto)

SURABAYA (Lentera) - Sebagai perempuan, kita kerap dihadapkan pada berbagai tanggung jawab sekaligus—mulai dari pekerjaan, urusan keluarga, hingga mengelola rumah tangga. Tekanan ini tak hanya menguras tenaga secara fisik, tetapi juga membebani secara mental. 

Setiap hari, begitu banyak hal yang harus dipikirkan, direncanakan, dan diselesaikan, yang pada akhirnya menumpuk menjadi beban pikiran tak kasatmata yang dikenal dengan istilah mental load.

Mental load bukan sekadar tentang siapa yang mengerjakan tugas rumah, melainkan lebih pada siapa yang bertanggung jawab untuk mengingat, merencanakan, dan mengatur semuanya. Beban ini sering kali tak tampak oleh orang lain, namun sangat membebani bagi mereka yang harus menanggungnya.

Mengatur jadwal anak, memastikan rumah selalu tertata, memikirkan apa yang harus dimasak hari ini, atau kapan sebaiknya membayar tagihan. Semuanya termasuk dalam daftar mental load yang sering membuat perempuan merasa cemas dan kewalahan, bahkan tanpa menyadarinya.

Mengapa Perempuan Rentan Mengalami Mental Load?

Mental load atau cognitive labor adalah beban mental yang muncul ketika kita harus mengelola tugas-tugas sehari-hari, mulai dari merencanakan hingga memonitor tugas-tugas tersebut. Mental load sering kali dikaitkan dengan perempuan karena adanya ekspektasi sosial yang menempatkan mereka sebagai ‘manajer rumah tangga.’ Perempuan diharapkan untuk selalu tahu apa yang harus dilakukan, kapan harus dilakukan, dan memastikan semuanya berjalan lancar. 

Bahkan dalam hubungan, perempuan sering kali lebih banyak mengambil peran dalam mengingat dan mengatur berbagai hal kecil, mulai dari jadwal liburan, kebutuhan rumah tangga, hingga urusan kesehatan seluruh anggota keluarga. Meski sering dikaitkan dengan ibu rumah tangga, mental load juga bisa dialami oleh perempuan yang bekerja, perempuan single, bahkan pelajar, dalam berbagai bentuk tekanan yang lain.

Mengapa Mental Load Bisa Menyebabkan Kelelahan Emosional?

Ketika mental load terus menumpuk tanpa jeda, perempuan bisa mengalami kelelahan emosional serius yang mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Kamu akan merasa lelah dan stres meskipun tidak melakukan pekerjaan fisik yang berat karena pikiran yang terus menerus aktif, mencari solusi, dan mengingat tugas yang belum selesai. Jika tidak ditangani, stres berkepanjangan akibat mental load dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, bahkan depresi pada perempuan.

Cara Mengelola Mental Load

Komunikasikan Beban Pikiranmu

Jangan ragu untuk berbicara dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya tentang beban yang kamu rasakan. Kadang, orang-orang di sekitar kita tidak menyadari seberapa banyak yang kita pikirkan dan urus setiap hari apabila kita tidak mengkomunikasikannya.

Delegasikan Tugas dengan Orang Lain

Salah satu cara untuk mengurangi mental load adalah dengan membagi tanggung jawab dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya. Cobalah untuk berdiskusi dengan pasangan atau anggota keluarga lain tentang tugas apa saja yang bisa dibagi. Kamu bisa memulainya dari hal kecil, seperti membagi jadwal mengantar anak sekolah, belanja bahan makanan, hingga membersihkan rumah. 

Tetapkan Batasan Diri

Penting untuk dapat memahami batasan diri. Jangan merasa segalanya harus selalu sempurna atau mengurus semuanya sendirian. Ada kalanya, kamu perlu mengatakan tidak pada beberapa hal dan memberi diri sendiri waktu istirahat untuk menikmati hal-hal yang kamu sukai.

Melatih Mindfulness

Melatih mindfulness dalam keseharian bisa membantu kamu lebih fokus pada saat ini dan mengurangi kecemasan tentang apa yang akan datang. Ketika kamu belajar untuk lebih hadir dalam setiap momen, mental load bisa sedikit berkurang karena kamu tidak lagi terus-menerus terjebak dalam pikiran tentang masa depan.

Mental Load dan Dampaknya pada Kesehatan Mental 

Elizabeth Aviv, kandidat Doktor di University of Southern California, bersama kedua temannya, menemukan kerja kognitif dan emosional berlebihan memperburuk kondisi mental. Dalam artikel bertajuk “Gendered Mental Labor: A Systematic Literature Review on the Cognitive Dimension of Unpaid Work Within the Household and Childcare” (2024) ia menjelaskan, mental load berkaitan dengan depresi, stres, burnout, hingga kondisi hubungan yang buruk.  

Khadijah Aulia, Psikolog Our Me Time dan Bicarakan Indonesia, turut mengamini hal ini. Kata dia, beban “printilan” rumah tangga yang secara kultural dilekatkan pada perempuan, berpengaruh pada kondisi kesehatan mental mereka.  

“Ibu itu memang terbukti memiliki mental load lebih besar daripada ayah. Karena itu tadi, ada banyak beban emosional yang terlibat, dalam kerja-kerja ibu di rumah tangga. Kemudian pada akhirnya makanya banyak ibu yang lebih cepat stres dibandingkan ayah. Pada akhirnya ya jelas, akan muncul banyak mental breakdown, parental burnout, dan depresi pada perempuan,” Kata Khadijah. 

Jadi, mulai sekarang cobalah untuk berbagi tanggung jawab, mengatur prioritas, dan memberi waktu untuk diri sendiri supaya Sahabat Fimela bisa mengurangi tekanan yang ada. Ingat, kamu tidak harus selalu melakukan semuanya sendiri, okay!

Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.