21 May 2025

Get In Touch

Biden dan Bahaya Kanker Prostat

Foto kolase Kompas
Foto kolase Kompas

SURABAYA (Lentera) -Kanker prostat merupakan jenis kanker yang hanya ditemukan pada pria. Jalan penyakit kanker ini biasanya tidak agresif sehingga sering kali tidak terdeteksi dini.

Mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikabarkan mengalami kanker prostat. Hasil diagnosis dokter menunjukkan, kanker yang dialami Biden sudah bermetastasis atau menyebar ke bagian tulang. Kanker prostat yang sudah menyebar biasanya sudah masuk pada stadium lanjut.

Kanker prostat hanya ditemukan pada pria sebab kanker ini berada di bagian kelenjar prostat yang letaknya di antara kandung kemih dan saluran kemih pada pria. Sama seperti kanker lainnya, kanker ini bersifat progresif atau dapat berkembang menjadi lebih buruk seiring berjalannya waktu.

Itu sebabnya, deteksi dini amat penting dalam penanganan kanker, termasuk kanker prostat. Angka harapan hidup atau survival rate dari kanker prostat bahkan bisa di atas 90 persen selama 15 tahun apabila terdiagnosis pada stadium awal.

Meski demikian, dokter spesialis urologi Subdivisi Urologi Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RS Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid. Dia mengatakan, kanker prostat yang terjadi pada stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala yang berarti. Hal ini membuat seseorang tidak terlalu menyadari gejala tersebut.

Karena itu, pemeriksaan untuk mendeteksi kanker prostat amat penting dilakukan, terutama pada pria dengan faktor risiko. Hal itu terutama pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun. ”Memang sampai sekarang kita tidak tahu mekanisme pastinya mengapa kanker ini banyak ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Namun, data menunjukkan bahwa 90 persen kasus kanker prostat timbulnya di usia 50 tahun ke atas,” tuturnya.

Selain itu, Agus mengatakan, belum ada bukti tentang keterkaitan kanker prostat dengan frekuensi hubungan seksual dan kadar hormon testosteron. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa informasi yang beredar mengenai hubungan seksual yang semakin menurun pada usia lanjut meningkatkan risiko kanker prostat pada pria merupakan informasi yang salah.

Informasi yang salah tersebut termasuk terkait pemberian hormon testosteron pada pria untuk mencegah terjadinya kanker prostat. ”Jika memang sudah terkena kanker prostat, itu justru tidak boleh diberi tambahan suntikan testosteron. Tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan korelasi hormon testosteron, hubungan suami istri, dan ejakulasi dengan kanker prostat,” ujar Agus.

Deteksi dini

Agus pun menegaskan bahwa upaya deteksi dini lebih efektif untuk dilakukan agar kanker prostat bisa ditemukan sejak dini. Pada stadium awal, terapi yang diberikan lebih mudah dengan tingkat harapan hidup yang tinggi. Jika pada stadium awal tingkat harapan hidup dalam 15 tahun bisa mencapai lebih dari 90 persen, kanker prostat yang ditemukan pada stadium akhir memiliki tingkat harapan hidup sekitar 50 persen untuk lima tahun.

Deteksi dini bisa dilakukan terutama pada pria yang sudah berusia 50 tahun. Kewaspadaan akan risiko kanker prostat perlu ditingkatkan apabila memiliki riwayat keluarga sedarah yang juga pernah mengalami kanker prostat.

Sejumlah gejala dapat diwaspadai pula sebagai tanda kanker prostat, antara lain, gangguan saat berkemih, baik sulit dalam berkemih, sakit dalam berkemih, kekuatan berkemih yang berkurang, maupun frekuensi berkemih di malam hari yang semakin sering.

”Perlu waspada jika sering terbangun dari tidur malam untuk buang air kecil. Misalnya, saat tertidur tiba-tiba jam 12 terbangun untuk buang air kecil, kemudian bangun kembali jam 2 pagi. Itu bisa jadi salah satu gejala,” katanya.

Deteksi dini kanker prostat dapat dilakukan melalui pemeriksaan PSA atau prostate-specific antigen. Pemeriksaan ini cukup mudah dilakukan melalui pemeriksaan sampel darah. Disarankan, pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan rutin (MCU) yang dilakukan setiap tahun.

Jika ditemukan kecurigaan adanya kanker prostat, pemeriksaan akan dilakukan melalui biopsi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan adanya kanker prostat sekaligus untuk menentukan stadium dari kanker yang dialami.

Penyebaran kanker

Agus menyebutkan, kanker prostat sebenarnya tidak bersifat agresif sehingga sering kali tidak terdeteksi selama bertahun-tahun. Namun, kanker ini bisa menjadi progresif atau berkembang pada kondisi yang lebih buruk apabila tidak ditangani dengan tepat dan tidak terdeteksi pada stadium awal.

Kondisi setiap orang pun bisa berbeda-beda. Namun, di Indonesia, sekitar 60 persen kasus kanker prostat ditemukan pada stadium lanjut. Selain gejala kanker prostat yang sering kali tidak disadari, gejala lain saat kanker sudah menyebar juga tidak spesifik.

”Orang mungkin kurang paham dengan gejala yang terjadi yang kemudian dianggap normal pada usia lanjut. Itu seperti gangguan buang air kecil atau mungkin rasa pegal pada tulang. Gejala itu dianggap biasa karena pengaruh usia, padahal pada kondisi itu, kanker sudah menyebar,” kata Agus, mengutip Kompas, Selasa (20/5/2025).

Sementara terkait dengan kondisi Joe Biden, dikutip dari BBC, sebelum terdiagnosis Biden mengalami gejala gangguan buang air kecil. Saat ini, peninjauan dilakukan untuk memilih pengobatan dan terapi yang akan diberikan.

”Meskipun ini merupakan bentuk penyakit yang lebih agresif, kanker tersebut tampaknya sensitif terhadap hormon sehingga memungkinkan penanganan yang efektif. Presiden dan keluarganya sedang meninjau pilihan pengobatan dengan dokternya,” kata Kantor Biden.

Ahli urologi di Orlando Health Medical Group, Jamin Vinod Brahmbhatt, mengatakan, kondisi kanker yang sudah menyebar akan membatasi pilihan pengobatan yang bisa diberikan. Meski ada perawatan berbasis medis, seperti kemoterapi, steroid, dan terapi hormon, tdak satu pun dari perawatan tersebut yang bisa menyembuhkan kanker.

”Ada lebih banyak pilihan medis untuk menstabilkan pasien dan mengendalikan kanker, tetapi itu tidak akan pernah menghilangkan kanker sepenuhnya,” katanya.

Editor: Arifin BH

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.