22 May 2025

Get In Touch

Suka Makan Telur Setiap Hari? Waspadai 5 Risiko Ini

Ilustrasi telur rebus (foto: Pinterest/oishi-i.net)
Ilustrasi telur rebus (foto: Pinterest/oishi-i.net)

SURABAYA (Lentera) – Telur telah lama dikenal sebagai salah satu sumber pangan bergizi tinggi mudah diperoleh dan serbaguna dalam pengolahan. Tak hanya populer karena harganya yang terjangkau dan cara masaknya praktis, telur juga menyimpan segudang manfaat bagi tubuh manusia. Satu butir telur berukuran sedang mengandung sekitar 6 gram protein, serta dilengkapi berbagai vitamin penting seperti vitamin A, E, B12, B9 (folat), kolin, dan lutein bermanfaat untuk kesehatan otak, mata, serta sistem metabolisme.

Salah satu metode paling sehat dalam mengonsumsi telur adalah dengan merebusnya. Telur rebus sering dipilih sebagai menu sarapan oleh mereka yang sedang menjalani pola makan sehat atau program penurunan berat badan karena rendah kalori, namun cukup mengenyangkan. 

Melansir Healthline pada Selasa (20/05/2025), telur bahkan dikategorikan sebagai superfood karena mampu membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam tubuh, yang berkontribusi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Melihat potensi manfaatnya, American Heart Association merekomendasikan konsumsi telur maksimal satu butir per hari atau sekitar tujuh butir per minggu. Meski menyehatkan, konsumsi berlebihan tetap memiliki potensi risiko bagi kesehatan.

Para ahli gizi mengingatkan bahwa konsumsi telur melampaui batas harian dapat memicu sejumlah masalah kesehatan. Berikut ini adalah beberapa risiko yang telah diidentifikasi dalam berbagai studi ilmiah:

Risiko Diabetes Tipe 2
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care pada tahun 2009 menyebutkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih dari tujuh butir telur per minggu memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. 

Meski demikian, penelitian lain justru menemukan bahwa telur bisa membantu mengontrol gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita pradiabetes dan diabetes tipe 2. 

Perbedaan ini menandakan bahwa efek konsumsi telur bisa bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan masing-masing individu serta pola makan keseluruhan.

Resistensi Insulin
Lemak alami yang terdapat dalam telur, terutama pada kuningnya, dapat menyebabkan lonjakan gula darah pada beberapa orang. Jika terjadi secara terus-menerus, lonjakan ini dapat memicu resistensi insulin, kondisi di mana sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara normal. Akibatnya, tubuh akan memproduksi lebih banyak insulin dari biasanya, dalam jangka panjang dapat memperburuk regulasi gula darah dan meningkatkan risiko diabetes.

Kolesterol Tinggi dan Risiko Jantung
Salah satu perhatian utama dalam konsumsi telur adalah kandungan kolesterolnya. Meski kini banyak studi yang membantah bahwa kolesterol makanan secara langsung menaikkan kolesterol darah, sebagian besar ahli tetap menyarankan untuk berhati-hati. 

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi dua butir telur per hari dapat meningkatkan kadar trimetilamina N-oksida (TMAO), senyawa yang dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke. 

Studi lainnya bahkan menyebutkan bahwa orang makan banyak telur memiliki skor kalsium arteri koroner hingga 80% lebih tinggi, menandakan peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah jantung.

Gangguan Pencernaan
Tidak semua tubuh cocok dengan konsumsi telur dalam jumlah banyak. Bagi individu yang memiliki sensitivitas atau alergi terhadap protein telur, konsumsi berlebihan bisa menimbulkan gejala seperti perut kembung, gas, mual, hingga sakit perut. Dalam kondisi yang lebih parah, bisa terjadi gastritis yang memicu muntah dan bahkan feses berdarah.

Masalah Kesehatan Kardiovaskular
Dalam jangka panjang, pola konsumsi tinggi telur tanpa keseimbangan dengan makanan lain yang berserat dan rendah lemak jenuh bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL). 

Hal ini merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, meskipun telur mengandung HDL baik, konsumsi berlebihan tetap bisa menjadi bumerang jika tidak dibarengi dengan gaya hidup sehat secara menyeluruh.

Masyarakat diimbau untuk tetap memperhatikan variasi dalam pola makan harian. Mengandalkan satu jenis makanan secara berlebihan, meskipun menyehatkan, bukanlah strategi gizi yang ideal. Selain telur, tubuh juga membutuhkan asupan dari sayur, buah, biji-bijian, serta protein nabati dan hewani lainnya yang kaya serat dan antioksidan.

Dengan menerapkan prinsip cukup dan seimbang, konsumsi telur bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang menunjang kesehatan jangka panjang. Jadi, tidak perlu takut makan telur rebus setiap hari, yang terpenting tahu batasnya dan selalu dengarkan sinyal dari tubuhmu sendiri.

Penulis: Novi-Mg3/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.