22 May 2025

Get In Touch

Terapi IBD Lebih Optimal dengan Jalani Diet Ini

Ilustrasi (foto: Jpost.com/Flickr)
Ilustrasi (foto: Jpost.com/Flickr)

SURABAYA (Lentera) – Penyakit peradangan usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) kerap kali menimbulkan kekhawatiran karena sifatnya yang kronis dan bisa kambuh sewaktu-waktu. Namun, kabar baiknya, pengelolaan yang tepat, terutama dari segi pola makan bisa membantu meningkatkan efektivitas terapi dan mempercepat pemulihan.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana, Dr. dr. Hasan Maulahela, Sp.PD-KGEH menekankan bahwa diet sehat memiliki peran sentral dalam pengobatan IBD. Menurutnya, meski bukan satu-satunya faktor, diet menjadi komponen kunci yang tidak bisa diabaikan.

“Diet yang sehat itu merupakan salah satu komponen pengobatan dari IBD, tapi memang tidak satu-satunya. Jadi, kita orang sehat pun harus diet yang sehat. Kalau memang mau menjaga tubuh kita, diet yang sehat. Dan itu merupakan komponen kunci dari terapi IBD,” ujar Hasan dalam sebuah diskusi daring yang diikuti pada Senin.

IBD merupakan istilah umum untuk gangguan yang menyebabkan peradangan kronis pada saluran pencernaan. Dua jenis utama dari IBD adalah Crohn’s Disease dan Ulcerative Colitis. Gejalanya bisa meliputi nyeri perut, diare kronis, kelelahan, hingga penurunan berat badan drastis. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, namun biasanya mulai muncul pada usia remaja atau dewasa muda.

Dr. Hasan menjelaskan, IBD banyak dipengaruhi oleh pola makan jangka panjang, terutama sejak usia muda. Konsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan rendah serat dianggap sebagai pemicu perburukan gejala pada sebagian pasien.

Diet yang Dianjurkan untuk Penderita IBD

Meskipun tidak ada satu pola makan yang sama untuk setiap pasien, namun secara umum ada beberapa prinsip dasar yang dianjurkan untuk penderita IBD. Di antaranya adalah mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, menghindari makanan olahan tinggi gula, memperbanyak serat larut, serta memperhatikan asupan cairan.

Hasan juga menyoroti isu diet bebas gluten yang belakangan ini menjadi tren. Ia menegaskan bahwa diet bebas gluten secara total tidak selalu direkomendasikan, kecuali pada kasus penyakit celiac yang memang mengharuskan penghindaran total terhadap gluten.

“Kalau di kami, memang tidak merekomendasikan free gluten sama sekali, karena itu mungkin sulit ya. Jadi tetap mengurangi dalam batas kewajaran, kecuali pada kasus-kasus penyakit celiac, maka itu harus free gluten,” ujarnya.

Selain itu, asupan protein, vitamin, dan mineral juga harus dijaga dengan baik, mengingat penderita IBD rentan mengalami malabsorpsi atau gangguan penyerapan nutrisi. Oleh karena itu, konsultasi dengan ahli gizi sangat dianjurkan agar pola makan bisa disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing pasien.

Tak hanya pola makan, Hasan juga menekankan pentingnya aktivitas fisik sebagai bagian dari terapi komplementer. Pasien IBD tetap disarankan untuk berolahraga secara rutin guna meningkatkan imunitas tubuh, mengurangi stres, dan membantu sistem pencernaan bekerja lebih baik.

Ia juga mengingatkan bahwa IBD merupakan penyakit kronik yang bisa kambuh, sehingga perlu pengelolaan jangka panjang yang konsisten. Menjaga pola hidup sehat, termasuk pola makan dan olahraga, adalah investasi terbaik untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Penulis: Elvy-Mg2/Co-Editor: Nei-Dya/berbagai sumber

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.