23 May 2025

Get In Touch

HJKS ke-732, Ketua Komisi A DPRD Tegaskan Pentingnya Konsistensi Pemimpin Surabaya

Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widiyatmoko. (Amanah/Lentera)
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widiyatmoko. (Amanah/Lentera)

SURABAYA (Lentera) – Dalam momen Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732, Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Yona Bagus Widiyatmoko menyampaikan pandangannya terkait arah pembangunan Kota Pahlawan ke depan, serta konsistensi pemimpinnya.

Anggota DPRD yang akrab disapa Cak YeBe ini menegaskan masa depan Surabaya sangat ditentukan oleh sekuat dan sebaik apa grand design yang disusun, serta seberapa berani seluruh elemen kota untuk benar-benar berubah.

"Semua berawal dari keberanian. Teko wani, wani berubah opo gak? (berani berubah apa enggak?). Kalau berani, jangan takut. Kalau takut, ya jangan mengaku berani. Tidak perlu terlalu banyak retorika dengan program-program dan gagasan indah jika tidak ada keberanian, untuk benar-benar menjalankan dan mewujudkan perubahan," tegas Cak YeBe ketika dikonfirmasi Lentera, Kamis (22/5/2025) 

Menurutnya, keberanian ini bukan hanya harus datang dari pemerintah semata, tetapi dari seluruh unsur masyarakat, mulai dari warga, tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku usaha, legislatif, eksekutif, aparat penegak hukum (APH), hingga peran media.

Politisi dari Fraksi Gerindra ini menekankan pentingnya keteladanan dari para pemimpin Surabaya dalam bersikap dan berkomitmen pada program yang telah dicanangkan.

"Konsistensi dalam mengaktualisasikan program di tengah masyarakat, adalah bentuk kepastian dan garansi bagi warga bahwa Surabaya benar-benar akan menjadi lebih baik. Kalau pemimpinnya konsisten, warga pun akan menunjukkan sikap positif yang sama," tuturnya.

Cak YeBe mengungkapkan, pernyataan ini sekaligus menjadi catatan penting terhadap slogan yang kerap disampaikan oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi bahwa membangun kota ini tidak bisa dilakukan sendiri, melainkan membutuhkan kolaborasi dan sinergi antara eksekutif dan legislatif.

Ia menegaskan pernyataan tersebut harus diwujudkan secara konkret, bukan hanya menjadi slogan yang tidak sejalan dengan realitas di lapangan.

"Surabaya harus dibangun dengan kesadaran kolektif, bukan ego sektoral. Saat ini yang dibutuhkan bukan hanya ide besar, tapi juga keberanian, keteladanan, dan konsistensi untuk menjadikannya nyata," tutupnya.

Reporter: Amanah/Editor: Ais

 

Share:
Lentera Today.
Lentera Today.